Belum Genap Setahun, Kasus DBD di Kota Serang meningkat 100 persen
SERANG - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Serang mengalami peningkatan lebih dari 100 persen di pertengahan tahun 2019 ini. Sebelumnya pada tahun lalu, ada 63 orang yang terkena DBD. Sedangkan di pertengahan tahun ini ada sekitar 170 orang yang terkena DBD. "Kasus DBD di tahun ini untuk di Kota Serang memang ada peningkatan yang signifikan. Tahun ini saja sudah ada 170 kasus DBD. Ini belum sampai Desember, sudah sebanyak itu. Kalau tahun lalu itu ada 63 kasus, jadi meningkat sekitar 100 persen lebih," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kota Serang Ikbal, Minggu (16/6). Ia juga menjelaskan, berdasarkan analisa yang dilakukan pihaknya, tahun ini merupakan fase lima tahunan. Dimana setiap daerah termasuk Kota Serang mengalami peningkatan terhadap kasus DBD. Seperti di Jawa Barat dan daerah diluar Pulau Jawa sama-sama meningkat."Semua daerah itu sama, di tahun ini itu baik di wilayah Jawa mapun luar Jawa itu ada peningkatan. Karena memang kalau kami lihat dari analisis yang kami lakukan, merupakan situasi lima tahunan. Biasanya setiap lima tahun, kasus DBD ini selalu meningkat, seperti saat ini," katanya. Meski demikian, Ikbal mengatakan, kasus DBD ini membutuhkan penanganan yang serius, dan melalui beberapa tahapan. Oleh sebab itu, pihaknya akan melakukan sejumlah pencegahan serta memberikan sosialisasi berikut pembinaan kepada masyarakat, khususnya petugas kesehatan untuk antisipasi. Sebab, Kota Serang ini termasuk dalam kategori dengan wilayah endemis yang cukup banyak. Seperti Kecamatan Kasemen, Kecamatan Cipocok Jaya, dan Kecamatan Serang. Di tiga kecamatan tersebut, kata Ikbal, kasus DBD selalu muncul setiap tahunnya. Kemudian, pasiennya pun cukup banyak dari tiga wilayah di kecamatan yang disebutkan tadi. "Endemis itu dalam artian, setiap tahunnya pasti akan muncul kasus DBD. Jadi, kami harus bisa merubah mindset masyarakat, bahwa yang paling utama adalah menjaga kebersihan lingkungan. Jangan sampai ada genangan yang nantinya menjadi tempat tinggal nyamuk," ujarnya. Ia pun berharap, dengan meningkatnya kasus DBD ini bisa menjadi pengingat dan pembelajaran bagi masyarakat. Khususnya pihak Dinkes untuk bisa bekerja lebih rutin dalam mencegah serta terus meningkatkan pelayanan secara tepat, cepat dan tanggap."Kami juga tak akan bosan untuk mengingatkan masyarakat untuk menguras, menutup dan mengubur (3M). Ini juga bertujuan untuk menghindari adanya jentik nyamuk yang nantinya tumbuh menjadi nyamuk dewasa dan membawa virus untuk menyebarkan penyakit, seperti DBD dan filariasis (kaki gajah)," ucapnya. Menurutnya, ini juga tentunya masyarakat harus berperan aktif dalam melakukan pencegahannya. Kemudian, ia juga mengatakan, kesadaran masyarakat pun perlu ditingkatkan dalam menjaga lingkungannya, baik didalam rumah, luar rumah, maupun lingkungan tempat kerja. Menanggapi hal tersebut, Kabid Eksternal HMI MPO Cabang Serang Hamdan Bachry mempertanyakan kinerja Dinkes Kota Serang, Karena menurutnya, jika memang Dinkes melakukan tindakan prefentif dalam menangani kasus DBD, mengapa peningkatannya hingga lebih dari 100 persen. "Tentu jika Dinkes mau mengakui dan menyadari, bahwa ada yang salah dalam langkah penanganannya. Saya tidak tahu apa, tapi evaluasi internal harus segera dilakukan," kata Hamdan saat dihubungi wartawan melalui pesan whatshapnya. Ia juga mengatakan bahwa, Dinkes jangan seolah-olah memaklumi di Kota Serang ada kenaikan kasus DBD dan menyamakan dengan daerah lain tentang kenaikan. Akan tetapi, seharusnya Kota Serang harus lebih baik. "Ini juga seharusnya menjadi warning bagi Pemerintah Kota Serang, bahwa Kepala Dinas yang nanti meminpin OPD ini, haruslah mereka yang benar-benar bisa menghadapi kasus-kasus penyakit endemis," jelasnya. (mg-04/and)
Sumber: