Bangga Masuk Forbes Global

Bangga Masuk Forbes Global

Bank Mandiri berhasil menduduki posisi ke-481 Forbes Global 2000 The World’s Largest Public Companies dengan pendapatan USD 8 miliar (sekitar Rp 114 triliun). Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas menyatakan, masuknya Mandiri menjadi pembuktian bahwa perusahaan BUMN mampu menjadi perusahaan kelas dunia. Pihaknya bakal berusaha menaikkan peringkat Mandiri agar lebih tinggi. Menurut Rohan, secara sejarah memang selalu ada tantangan pada ketatnya likuiditas perbankan. Meski demikian, kata Rohan, perbankan harus bisa mencari pendanaan alternatif.  ’’Seperti di pasar modal domestik maupun internasional,’’ ujarnya. Sementara itu, Telkom yang menduduki peringkat ke-747. Di sisi lain, BNI bertengger di peringkat ke-835, sedangkan BRI ada di urutan ke-363 Menteri BUMN Rini Soemarno bangga karena ada empat perusahaan BUMN yang masuk daftar Forbes Global 2000. “Peringkat Forbes ini menunjukkan bahwa BUMN Indonesia memiliki daya saing yang kuat dengan perusahaan top global lainnya,’’ jelasnya. Selain empat BUMN, dua perusahaan swasta, yakni BCA dan Gudang Garam, masuk daftar perusahaan besar versi Forbes. BCA menduduki peringkat ke-553 dan Gudang Garam berada di peringkat ke-1.448.  Jika diperhatikan, mayoritas perusahaan Indonesia yang masuk daftar Forbes Global 2000 adalah perbankan. Artinya, prospek industri perbankan di Indonesia masih cerah. Sebab, pasarnya tumbuh kuat. Sumber pendapatan bank, baik dari pendapatan bunga maupun fee based income, masih memberikan kontribusi yang besar pada kinerja perbankan. ’’Sektor usaha yang masih mempunyai peluang besar untuk bisnis kredit perbankan, antara lain, manufaktur, perdagangan, infrastruktur, dan pertanian,’’ papar ekonom BNI Ryan Kiryanto. Analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji Gusta menuturkan, Telkom juga masih mempunyai peluang yang bagus untuk meningkatkan kinerja ke depan. Sebab, ekonomi digital terus tumbuh dan pemerintah juga giat menggenjot infrastruktur di bidang telekomunikasi. Di sisi lain, Gudang Garam juga diprediksi masih berpeluang meningkatkan kinerja. Asalkan, perusahaan tersebut mampu menjangkau konsumen dengan media dan publikasi yang efektif. Sebab, saat ini pemerintah mulai tegas membatasi iklan rokok di media sosial (medsos).  ’’Ada banyak media yang masih bisa digunakan GGRM. GGRM harus cerdas mendekati target market agar tetap bisa meningkatkan penjualan,’’ tutur Nafan. (jpn)

Sumber: