BPOM Temukan Bahan Berbahaya dalam Bahan Makanan
PANDEGLANG-Pada hari kedua bulan suci Ramadan 1440 Hijriyah, Bupati Pandeglang Irna Narulita melakukan inspeksi mendadak (sidak) harga berbagai bahan kebutuhan pokok di pasar tradisional Pandeglang, Selasa (7/5). Sidak dilakukan bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Serang. Saat sdak Irna didampingi Sekda Pandeglang Pery Hasanudin dan Dandim 0601 Pandeglang Letkol Inf Denny Juwon Pranata. Dalam sidak tersebut, BPOM menemukan enam jenis bahan makanan yang mengandung bahan berbahaya bagi kesehatan. "Sampai hari ini, harga masih relatif stabil. Yang patut jadi perhatian para penjual harus hati-hati jangan sampai mengambil barang dari agen yang nakal sehingga akan merugikan kesehatan, seperti yang ditemukan oleh tim BPOM hari ini," kata Irna. Irna mengungkapkan, pihaknya akan bekerjasama denga pihak terkait untuk mengawasi secara ketat terhadap makanan yang beredar, jangan sampai terdapat bahan berbahaya. Untuk itu pengawasan rutin akan dilakukan agar pedagang lebih paham dalam memilih makanan yang akan dijual. "Ini tentu akan merugikan bagi kesehatan. Bagi produsen yang membandel, nanti akan berurusan dengan penegak hukum dan satgas pangan," terangnya. Sidak itu, kata Irna, bertujuan untuk memastikan laporan yang diterimanya sesuai dengan kondisi di lapangan dan hasilnya memang relatif stabil terkait harga bahan pokok. "Kami khawatir ada lonjakan yang tinggi sehingga dapat merugikan konsumen. Namun setelah melakukan pemantauan, ternyata harga masih relatif stabil di antaranya ayam 35 ribu/kg, bawang merah kenaikan hanya Rp 2.000, namun untuk bawang putih yang masih tinggi hingga ada yang Rp 65 ribu/kg," ujarnya. Kepala BPOM Serang, Fizal Mustofa Kamil mengatakan, dari 26 sampel, ada enam bahan makanan yang mengandung bahan berbahaya. "Tiga merk terasi mengadung rodamin B, tiga makanan lainnya yang mengandung formalin yaitu mie basah, tahu, dan cincau hitam," terangnya. Menurut dia, bahan makanan yang terindikasi mengandung bahan berbahaya kini diamankan sementara, hingga keluar hasil penelitian lebih lanjut. "Kita nungu uji laboratorium hingga tiga hari. Untuk pedagang akan dilakukan pembinaan, kita juga akan telusuri hingga ke produsen makanannya," ucapnya. (mg-05/tnt)
Sumber: