Berharap Santunan dari Pemprov Banten, KPPS Meninggal Dunia Saat Berzikir dan Salat Subuh
SERANG-Diduga kelelahan usai melakukan penghitungan suara, dua anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) meninggal dunia. Kedua KPPS tersebut yakni anggota KPPS TPS 06 Kelurahan Benda Baru, Kecamatan Serang, Kota Serang, Pulung Supriatna dan Ade Suhaepi (62), Ketua KPPS di TPS 16 Kampung Kadu Agung, Desa Kadu Agung Timur, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak meninggal, Jumat, (26/4). Berdasarkan informasi yang diperoleh Pulung Supriatna meninggal disebabkan kelelahan setelah menjalani tugas sebagai anggota KPPS TPS 20. Meskipun sudah beristirahat dan dirawat jalan, dampak kelelahannya tetap dirasakan hingga berakibat meninggal dunia. Koordinator Divisi Parmas Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Serang, Fahmi Musyafa, mengatakan Pulung meninggal dunia pada Sabtu (27/4), usai melaksanakan salat maghrib. "Pulung meninggal saat berzikir, lalu kehilangan kesadaran hingga akhirnya meninggal dunia," ujar Fahmi saat dihubungi wartawan, Minggu (28/4). Menurut Fahmi, berdasarkan pengakuan dari keluarga, Pulung telah jatuh sakit akibat kelelahan usai melakukan perhitungan suara pada 17 April lalu. Saat itu, Pulung pulang pukul 03.00 dini hari dan sempat terjatuh di rumah hingga hilang kesadaran. "Tidak lama kemudian ia sadarkan diri. Lalu dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Dan memang tensi darahnya tinggi," tuturnya. Setelah itu, lanjut Fahmi, beberapa waktu kemudian dia mengeluh kepada istrinya bahwa kepalanya terasa sakit. Namun, tidak dirawat ke dokter. Melainkan hanya dilakukan rawat jalan di rumah. "Bahkan sempat dikerok oleh putra keduanya, ternyata sekujur tubuhnya itu basah sekali, berkeringat banyak dan merah semua hasil kerokannya," ungkapnya. Fahmi mengatakan jenazah Pulung telah dikebumikan di tempat pemakaman umum (TPU) Lopang pada Minggu pukul 11.00 WIB. Ketua KPU Kota Serang, Ade Jahran sedang mendorong Pemerintah Kota Serang maupun Pemerintah Provinsi Banten untuk dapat memberikan santunan kepada keluarga korban meninggal dunia akibat kelelahan saat bertugas pada Pemilu 2019. "Mudah-mudahan pihak provinsi dan Kota Serang bisa ada perhatian kepada teman-teman kita yang terkena musibah. Karena kalau dari kami kan baru diusulkan oleh KPU RI, dan itu belum pasti kapan," ujarnya saat dihubungi wartawan melalui sambungan telepon selulernya. Menurutnya, Pemprov Banten dan Pemkot Serang dapat mencontoh Provinsi Jawa Barat yang bertindak cepat dalam memberikan santunan kepada para petugas penyelenggara Pemilu yang terkena musibah. "Karena kalau kita lihat seperti Jawa Barat itu Pemdanya proaktif saat terjadi kejadian seperti ini. Karena kan baik dari TPS, KPPS, dan PPK mereka adalah pihak yang luar biasa dalam mengawal demokrasi," katanya. Hal yang sama juga terjadi pada Ade Suhaepi. Diduga kelelahan usai melakukan penghitungan suara, Ade meninggal. Sebelum meninggal, Ade sempat pingsan dan mendapatkan perawatan medis di RSUD dr. Adjidarmo Rangkasbitung. Namun sekitar pukul 23.00 WIB, nyawa Ade tidak dapat tertolong dan dinyatakan meninggal dunia oleh petugas rumah sakit. Wahyudin, anggota KPPS TPS 16 Kadu Agung menyatakan Ade meninggal usai menjalankan tugasnya sebagai ketua KPPS. Sekitar satu jam sebelum meninggal, Ade dan seluruh petugas pemilu tengah melaksanakan proses penghitungan suara. Setelah selesai, Ade pamit pulang. Setibanya di rumah, ketua KPPS itu pingsan dan langsung dilarikan ke rumah sakit. “Iya sempat dibawa ke rumah sakit karena memang sebelum meninggal pingsan terlebih dahulu,” kata Wahyudin kepada Banten Ekspres, Minggu (28/4). Di tempat terpisah, Ketua KPU Lebak, Ni’matullah membenarkan adanya laporan mengenai ketua KPPS yang meninggal dunia. “Kita turut berbela sungkawa, dan akan mendata untuk dilaporkan ke KPU pusat agar mendapat santunan,” ujarnya. Menurut dia, jenazah Ade Suhaepi saat ini sudah dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) setempat yang tak jauh dari rumah duka. Sementara itu, Bupati Lebak, Iti Octavia Jayabaya menyatakan dengan meninggalnya Ade Suhaepi sebagai ketua KPPS, menambah panjang deretan nama petugas pemilu yang tumbang saat bertugas untuk mensukseskan pemilu serentak. Sebelumnya, Jumri (50), petugas Linmas TPS 019 Kampung Pasir Awi, Desa Sukaraja, Kecamatan Warunggunung yang meninggal saat salat subuh usai mengawal proses penghitungan suara. "Terkait petugas pemilu yang meninggal dunia, kami telah mendapatkan laporannya yakni dua orang meninggal, satu orang keguguran dan 23 orang sakit," katanya. Dengan banyaknya petugas pemilu yang sakit bahkan sampai yang meninggal, Iti menilai Pemilu 2019 tidak efektif dan harus dievaluasi menyeluruh oleh pemerintah pusat. Petugas yang berguguran bukan hanya terjadi di Lebak melainkan di seluruh wilayah Indonesia. "Pemerintah daerah melalui KPU Lebak akan mengirimkan surat kepada KPU RI agar pemilu ke depan dievaluasi dan Pemilu 2019 menjadi pengalaman untuk pemilu yang lebih baik lagi," paparnya. Untuk menghargai dan sebagai bentuk terimakasih, kata Iti, Pemkab Lebak akan memberikan santunan kepada para petugas yang meninggal atau sakit. "Insya Allah akan kita berikan santunan walau anggarannya belum kita ketahui dari mana. Namun bisa saja nanti seluruh ASN (aparatur sipil negara) bisa dapat mensisihkan rizki (rejeki)-nya yang nantinya untuk diberikan kepada mereka," ucapnya. (mg-05/mg-04/tnt)
Sumber: