Gagal di Babak 16 Besar, Sektor Tunggal Rontok

Gagal di Babak 16 Besar, Sektor Tunggal Rontok

TERLALU dini rasanya melambungkan harapan tinggi untuk sektor tunggal PBSI. Entah bagaimana, secara kompak pemain tunggal putra maupun putri kita rontok di babak 16 besar Badminton Asia Championship (BAC) 2019. Kekalahan tersebut tentu saja menyesakkan bagi badminton lovers tanah air. Indonesia tidak punya wakil lagi dari sektor tunggal untuk babak selanjutnya. Padahal tren positif sudah sempat didengungkan oleh Anthony Sinisuka Ginting dengan menjadi runner-up di Singapore Open. Namun, percuma saja mengingat Ginting sudah mati langkah sejak babak 32 besar. Shesar Hiren Rhustavito belum mampu menjadi harapan baru untuk tunggal putra. Setelah mengalahkan Kidambi Srikanth yang merupakan unggulan kelima, dia lantas gugur di tangan Tien Minh Nguyen kemarin (25/4). Vito kalah setelah mencoba memaksa rubber game dengan skor 15-21, 21-13, 13-21 pada laga yang digeber di Wuhan Sports Center, Tiongkok itu. Selama ini rekor pertemuan antaran Vito dengan pemain Vietnam itu memang cukup menyulitkan. Tercatat hanya satu kemenangan yang berhasil digenggam Vito dari tiga pertandingan melawan Nguyen. Itupun harus lewat rubber game juga. Hasil yang sama juga diraih oleh pebulu tangkis non-pelatnas Tommy Sugiarto. Langkahnya dihadang oleh perwakilan tuan rumah, Lu Guangzu dengan skor akhir 18-21, 19-21. Permasalahan yang dihadapi Tommy hampir sama dengan Ginting sehari sebelumnya, yakni terlalu terburu-buru dan tidak mampu menjaga konsentrasi saat fase kritis. "Lawan lebih siap. Secara permainan hampir sama, tapi saat finishing harus cari strategi untuk dapat poin,” ujar Tommy seperti dikutip dalam siaran pers PBSI. Sementara itu, Gregoria Mariska Tunjung juga mengalami hal serupa. Dia belum mampu mengatasi pemain ranking tiga dunia, Chen Yufei. Tunggal putri kita itu kembali takluk dengan skor 21-15, 14-21, 15-21. "Dia lebih sabar, tidak mudah dimatikan, dan meladeni permainan saya,” ungkap Jorji. Padahal jika mampu mempertahankan pola permainan seperti game pertama, Jorji punya kans untuk menang. Sebab bagaimanapun Jorji punya modal untuk mengalahkan Chen. Pada 2017 silam di Indonesia Open, atlet 19 tahun itu berhasil menundukkan Chen setelah terlibat dalam rubber game ketat. Seharusnya dengan persiapan panjang, Jorji bisa mengulang hasil yang sama. “Seperti terbawa irama permainan lawan,” jelas Jorji. “Dia mainnya mengatur. Saya jadi tidak bisa mengontrol keadaan, karena malah diatur oleh dia,” imbuhnya. Sesama kompatriot dari sektor ini, yakni Choirunnisa juga harus angkat koper. Langkahnya dihentikan oleh Pusarla V. Sindhu 15-21, 19-21. (jpg/apw)

Sumber: