Pengembangan Usaha Garam Rakyat Dibantu Rp 3M

Pengembangan Usaha Garam Rakyat Dibantu Rp 3M

SERANG-Pemkab Serang mendapatkan bantuan dana Rp 3 miliar dari Kementerian Kelautan da Perikanan (KKP) untuk program pengembangan usaha garam rakyat terintegrasi di Kabupaten Serang. Dana tersebut selain untuk penyediaan lahan budidaya garam seluas 22 hektare, juga penyediaan sarana dan prasarana. Lahan tersebut berada di Desa Domas, Kecamatan Pontang. "Kita targetkan 100 ton per hektare. Dengan luas lahan 22 hektare, 1.500 ton garam kita bisa dapatkan," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Kabupaten Serang, Suhardjo saat dihubungi Banten Ekspres, Selasa (19/2) sore. Sekadar diketahui, Selasa pagi, Suhardjo bersam ajajaran DKPP mendampingi Asisten Bidang Administrasi Pembangunan (Asda 2) Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Serang, Adjat Gunawan menerima kunjungan perwakilan KKP di Pendopo Bupati Serang. Menurut Suhardjo, dengan adanya produksi garam di Kabupaten Serang, akan turut mencukupi kebutuhan garam nasional yang mencapai 5 juta ton per tahun. "Saat ini produksi garam nasional baru 2,5 juta ton, jadi sisanya masih impor. Dengan garam dari Kabupaten Serang, otomatis akan mengurangi impor garam nasional," ujarnya. Selain itu, kata dia, dengan adanya produksi garam di Kabupaten Serang, juga akan membuka lapangan kerja baru sehingga bisa menyerap tenaga kerja serta penganekaragaman hasil minapolitan. "Tenaga kerja yang bisa diserap di sana sekitar 45 orang. Pada saat panen akan lebih banyak lagi. Kemudian hasil minapolitan menjadi beragam, selain udang, bandeng, dan rumput laut, juga garam," paparnya seraya mengatakan garam itu akan dipasarkan untuk memnuhi kebutuhan industri-industri kimia di Provinsi Banten. Pengembangan usaha garam itu dilakukan dengan sistem teknologi ulir filter (TUF) dan pemasangan geomembran. Sistem itu bisa menguntungkan bagi petani. Satu hektare lahan garam diperkirakan bisa memberikan keuntungan kepada petani hingga Rp 130 juta. "Sementara dengan sistem tradisional hanya Rp 30 juta per hektare, atau produktivitasnya bisa naik hingga 400 persen," ujarnya dalam siaran pers Pemkab Serang. Sementara itu, Kepala Bidang Perikanan Budidaya DKPP Kabupaten Serang, Edi Ubaedi mengatakan program KKP itu harus dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. Program itu dilakukan secara integrasi antara pemanfaatan lahan untuk tambak ikan dengan lahan untuk budidaya garam. "Produksi garam dapat dilakukan sepanjang musim apabila meja kristalisasi dibuat dengan sistem tunnel. Jadi lebih menguntungkan," ujarnya. Sekadar diketahui, program minapolitan dikembangkan di tiga kecamatan, yakni Pontang, Tirtayasa, dan Tanara (Pontira). Ada sekitar 15 desa pesisir dengan luas sekitar 5.000 hektare yang potensial untuk budidaya komoditas bandeng, garam, dan rumput laut. Sejumlah warag di sana sudah terlihat sukses dengan adanya pengembangan udang vaname di Desa Sukajaya, Domas, Wanayasa, Kubangpuji, Susukan, dan Tenjoayu. Program minopolitan pun sesuai araham Bupati Serang, Ratu Tatu Chasanah akan terus dioptimalkan. Untuk mengefektifkan program itu, khususnya budidaya garam, Bupati Serang, Ratu Tatu Chasanah dan Wakil Bupati Serang, Pandji Tirtayasa pernah belajar langsung ke Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD) akhir tahun lalu. Kabupaten Pidie Jaya ditunjuk sebagai tempat tujuan studi banding karena merupakan daerah yang terlebih dahulu mendapatkan program pengembangan usaha garam rakyat terintegrasi dari KKP. (tnt)

Sumber: