Usut Beras Buruk di Bulog

Usut Beras Buruk di Bulog

JAKARTA-Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Assyifa Szami Ilman meminta Bulog segera mengevaluasi kesalahan atas temuan beras busuk di gudangnya di daerah Sumatera Selatan dan Bangkabelitung. Dia menduga ada kelalaian tata kelola sehingga distribusi macet dan terjadi penumpukan di gudang-gudang Bulog. "Kalau masalah menumpuk, artinya selama ini proses distribusi beras belum terlaksana dengan baik. Kalau misalnya Bulog bisa ukur berapa suplai masuk, berapa permintaan, dan kapasitas gudang, harusnya sudah distribusikan dan mencegah tumpukan-tumpukan jadi busuk," kata dia dalam keterangan yang diterima, Kamis (14/2). Oleh karena itu, kata dia, ke depan diperlukan perbaikan dan peningkatan skema distribusi sehingga tidak terjadi penumpukan dan pembusukan. "Karena sangat disayangkan kalau beras busuk dan tidak dapat dipakai lagi," imbuhnya. Atas temuan tersebut, saat ini Bulog tengah melakukan sortasi. Sekretaris Perusahaan Bulog Arjun Ansol Siregar mengatakan, sortasi itu dilakukan terhadap beras busuk di Bulog Divre Sumsel dan Babel. "Saat ini sedang kami lakukan mekanisme internal dengan melakukan sortasi dan pemisahan di unit gudang yang berbeda untuk menghindari terkontaminasinya beras baik," ujar dia. Menurut dia, beras itu abdallah beras turun mutu yang tidak untuk disalurkan. Beras tersebut merupakan hasil pengadaan dalam negeri yang berusia lebih dari satu tahun. Penugasan untuk pembelian gabah atau beras dalam negeri mengacu kepada Inpres 5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran beras oleh pemerintah. Pengadaan yang cukup besar dan tidak diimbangi dengan penyaluran, mengakibatkan terjadinya penumpukan stok beras di gudang Bulog. Selain itu, kebijakan pemerintah yang terus mengurangi pagu Rastra setiap tahun secara bertahap ke Bantuan Pangan Nontunai yang tidak mewajibkan komoditasnya (beras) berasal dari Bulog, ikut mempengaruhi perputaran barang. “Pagu Rastra di Provinsi Sumsel di 2017 sebanyak 68 ribu ton, mengalami penurunan di 2018 menjadi sebanyak 44 ribu ton, dan di 2019, pagu Bansos Rastra untuk Januari dan Februari menjadi sebanyak 5.400 ton. Hal ini tentu mempengaruhi manajemen stok di Bulog,” ungkap Arjun. Beras merupakan komoditas yang mudah rusak, karena dalam setiap butiran terdapat unsur-unsur kimia yang dapat mengalami perubahan fisiologis. Beras dengan kualitas baik dan dirawat dengan baik, tetap memiliki batas usia penyimpanan, karena hingga saat ini belum ada teknologi perawatan yang bisa menghentikan perubahan fisiologis beras. Perawatan beras yang dilakukan saat ini berfungsi memperlambat penurunan mutu beras. “Kami tetap pastikan, beras yang kami distribusikan kepada masyarakat merupakan beras yang layak dikonsumsi,” tutup Arjun. (jpc)

Sumber: