Mantan Pemain Sepakbola Terjun di Dunia Politik, Rela Lepas Kesempatan Jadi Pelatih Kepala

Mantan Pemain Sepakbola Terjun di Dunia Politik, Rela Lepas Kesempatan Jadi Pelatih Kepala

Sepakbola memang sudah jadi bagian hidup Budi Sudarsono. Tapi, untuk sementara dia harus menepikan dunia yang telah membesarkan namanya. Budi kini sibuk dengan aktivitas barunya, sebagai calon anggota legislatif. Budi Sudarsono kaget saat dia mendapat tawaran. Bukan untuk melatih klub. Tapi, untuk maju sebagai calon anggota legislatif (caleg). Apalagi, tawaran itu datang langsung dari Ketua DPC Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Kabupaten Kediri, Taufik Chavifudin. Tapi, mantan pemain timnas itu tak butuh waktu lama untuk berpikir. Tanpa basa-basi, dia langsung mengiyakan tawaran yang datang. "Saya nggak bisa nolak. Mungkin ini sudah jalannya ya (menjadi caleg). Istilahnya saya sudah diberi jalan baru, tinggal berusaha sak pol'e kemampuanku," kata pria kelahiran 19 September 1979, tersebut. Nah, setelah memastikan maju sebagai caleg, godaan menghampiri. Sebab, di saat yang bersamaan, tawaran untuk melatih klub berdatangan. Pria 39 tahun itu mengaku, tawaran itu datangnya dari beberapa klub Liga 2 dan Liga 3. Maklum, Budi memang punya lisensi B AFC. Sehingga, dia bisa menjadi pelatih kepala di tim Liga 2. Tawaran yang datang itu jelas menggiurkan. Apalagi Budi selama ini belum pernah memimpin klub. Dia hanya pernah sekali menjadi asisten pelatih Kas Hartadi di Kalteng Putra saat Liga 2 musim 2018. "Saya juga ditawari melatih di salah satu tim untuk persiapan PON 2020. Tapi sudah saya tolak semua," tambah mantan pemain yang dijuluki Ular Piton itu. Lantas, apa yang membuat Budi menampik tawaran melatih klub? Padahal sepakbola sudah mendarah daging dalam tubuhnya. "Kalau disuruh milih, saya mending jadi pelatih. Tapi, saya kan  sudah ada komitmen dengan PPP. Jadi harus saya lewati proses ini dulu,'' paparnya. ''Makanya saya pending semua tawaran, saya ingin konsentrasi (kampanye)," tegas pria yang identik dengan rambut gondrongnya itu. Kini, Budi resmi menjadi caleg DPRD Kabupaten Kediri dari partai berlambang Ka'bah tersebut. Dan, sebagai mantan pemain Persik Kediri, sejatinya tak sulit bagi Budi untuk meraup suara. Apalagi, dia merupakan bagian dari skuad Macan Putih -julukan Persik- saat menjadi kampiun Liga Indonesia musim 2006. Tapi, dia tetap merasa modal itu saja belum cukup. Memang, dia belum resmi berkampanye. Tapi, Budi sudah meminta bantuan rekan-rekannya di Kabupaten Kediri. Mulai dari tebar poster, hingga sosialiasi dari mulut ke mulut. Ia juga sering berkomunikasi dengan komunitas pecinta sepak bola. Tak jarang dia berkunjung ke sekolah sepak bola di Kabupaten Kediri. Dia pun mencoba merangkul orang-orang baru di sepakbola Kabupaten Kediri. "Saya belajar untuk dekat dengan siapapun. Kan nggak ada salahnya kalau belajar. Apalagi saya ini nol kalau soal politik," tegas mantan penggawa Persija Jakarta itu. Karena itu, jika terpilih, dia akan berupaya memperbaiki pembinaan usia dini di Kabupaten Kediri. "Karena komitmen saya memang membina anak-anak muda. Saya tertarik membina pemain usia dini, tapi itu kan butuh dana. Kalau terpilih, saya kan tahu apakah sebenarnya ada dana dari Asprov atau tidak untuk pembinaan usia dini. Selama ini kan saya nggak tahu. Itu yang jadi problem selama ini, " tambahnya. Sosialisasi sudah. Tinggal menunggu masa kampanye saja. Budi mengaku harus merogoh koceknya sendiri untuk kampanye. Tapi, dia enggan menyebut nominalnya. "Pokoknya lumayan lah jumlahnya," jawabnya sembari terkekeh. Budi sadar, jika gagal menjadi caleg, dana yang dia keluarkan untuk kampanye tak akan kembali. Tapi, Budi sudah mantap. ''Istilahnya,  nothing to lose,'' ujarnya. "Saya sudah bahas soal ini dengan keluarga, mereka mendukung. Saya sudah berusaha, nanti hasilnya bagaimana biar yang di atas yang menentukan," tegas pria asli Kediri itu. Kalaupun akhirnya benar-benar tak terpilih, Budi tak khawatir. Sebab dia akan kembali fokus ke dunia sepakbola. "Darah saya sudah darah bola. Entah saya jadi atau tidak, saya akan tetap (berkecimpung) di bola. Susah melupakannya," tutur Budi. (gus/bas)

Sumber: