Jusuf Kalla Paparkan Islam Moderat di Oxford
Reporter:
Redaksi Tangeks|
Editor:
Redaksi Tangeks|
Sabtu 20-05-2017,09:40 WIB
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) memberikan kuliah umum di Oxford Centre for Islamic Studies (Oxcis). Kesempatan itu juga dimanfaatkan JK untuk memaparkan kondisi terkini perkembangan Islam di Indonesia. Termasuk seusai pilkada DKI Jakarta. JK merasa perlu menjelaskan hal tersebut karena banyak yang beranggapan bahwa seusai pilkada DKI, radikalisme berkembang begitu pesat di Indonesia.
Sebelum memberikan kuliah umum, JK menyempatkan berkeliling ke pusat kajian Islam di kampus itu. Mulai menyaksikan galeri ekshibisi di lantai 1 gedung tersebut, menandatangani buku tamu kehormatan, hingga berkunjung ke Masjid Sheikh Zayed di kompleks kampus.
Menjelang petang, tiba saatnya JK tampil di podium. Di ruang auditorium berbentuk studio itu, JK berbicara panjang lebar soal Islam moderat. Beberapa audiens yang mengikuti kuliah umum tersebut adalah mahasiswa Indonesia yang belajar di berbagai universitas di Inggris.
JK mengatakan bahwa Islam di Indonesia tetap hidup dengan harmonis. Warganya tetap hidup berdampingan. Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai, yakni perkawinan dan perdagangan. Bukan perang. Kendati populasi penduduk Islam di Indonesia demikian besar, Indonesia tak lantas berubah menjadi negara Islam. ”Dasar negara kita adalah Pancasila dengan lima prinsip dan menempatkan agama di tempat yang mulia sebagai prinsip pertama: percaya kepada satu Tuhan Yang Maha Esa,” tuturnya.
Islam di Indonesia juga memiliki dua organisasi besar, yakni Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Dua organisasi besar itu yang selama ini keras melawan radikalisme. ”Dua organisasi itu pula yang mengajarkan bagaimana praktik Islam,” ucap JK.
Karena itu, salah besar kiranya apabila ada anggapan bahwa agama merupakan sumber konflik. Berdasar pengalamannya, justru konflik banyak bersumber dari politik, sosial, dan ekonomi. Mereka yang mengatasnamakan konflik karena Islam justru tidak memahami agama itu sendiri.
Dalam kesempatan tersebut, JK juga menjelaskan kasus yang dialami Gubernur (nonaktif) DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang disidang karena melakukan penodaan agama. Kasus hukum yang menjerat Basuki mendapat sorotan dunia internasional. JK meminta semua pihak menghargai proses hukum yang berlangsung di Indonesia. ”Saya mengingatkan semua orang bahwa proses hukum dan peradilan masih berlangsung,” tutur pria yang baru saja berulang tahun ke-75 itu.
JK menjelaskan, proses hukum kasus Ahok (sapaan akrab Basuki) belum selesai. Sebab, berdasar hukum di Indonesia, keputusan akhir ada di Mahkamah Agung. JK yakin Inggris dan negara-negara Eropa lainnya memiliki sistem hukum yang berbeda untuk menyelesaikan masalah serupa. ”Sebagai bagian dari sistem demokrasi, kita harus menegakkan supremasi hukum dan independensi pengadilan serta saling menghormati satu sama lain,” ujarnya.
Dalam kuliah umum itu, JK juga menyinggung beberapa hal yang harus diperhatikan. Di antaranya lebih bijaksana dalam memanfaatkan teknologi informasi. Sebab, kemajuan teknologi ibarat koin mata uang. Di satu sisi bisa memudahkan kehidupan manusia dari sebelumnya. Namun di sisi lain bisa menjadi sarana yang efektif untuk membangun kebencian, ketidakpercayaan, dan radikalisme. ”Teknologi informasi juga dengan cepat membangun penyesatan dalam bidang politik,” katanya.
Para mahasiswa Indonesia di London antusias mengikuti kuliah umum tersebut. Mereka umumnya ingin mengetahui kondisi sebenarnya di tanah air dari wakil presiden. ”Kami ingin melihat seperti apa penjelasan yang disampaikan. Utamanya perkembangan terkini,” ucap Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia di Inggris Sandoko Kosen. (git/c9/ang)
Sumber: