Ekspor Masih Bergantung Harga Komoditas

Ekspor Masih Bergantung Harga Komoditas

Membaiknya kinerja ekspor bisa turut menopang pertumbuhan ekonomi pada tahun ini. Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi hanya mengandalkan konsumsi swasta.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan, kinerja ekspor dan ekonomi global terus membaik. Kondisi itu diyakini bisa berpengaruh terhadap pertumbuhan perekonomian.
Menurut dia, hal itu tidak terlepas dari hasil reformasi struktural dan pembangunan infrastruktur yang digagas pemerintah. Kuncinya, policy mix (bauran kebijakan) yang sinergis antara kebijakan moneter dan fiskal. ”Meski pada 2018 recovery agak steady, pada 2019 akselerasi akan cepat,” katanya di sela penandatanganan nota kesepahaman antara BI dan Universitas Airlangga (Unair) di Aula Fadjar Notonagoro Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unair kemarin (19/5).
Nah, untuk me-review perkembangan ekonomi terkini, yang pertama dilihat adalah perkembangan ekonomi global yang berdampak pada ekspor. Lalu, harga komoditas di Indonesia masih menjadi tumpuan kuat daripada sektor manufaktur. Ketiga, pasar keuangan global, terutama dampak suku bunga AS. ”Dua faktor pertama, monitoring kami menunjukkan adanya perkembangan yang membaik,” jelas Perry. Revisi pertumbuhan ekonomi global tentu mendorong permintaan ekspor. Yakni, ekspor ke AS untuk produk manufaktur serta ekspor komoditas ke India dan Tiongkok. ”Diperkirakan, harga komoditas tahun ini naik 15 persen,” tambahnya. Di mana pada 2016 hanya tumbuh 5 persen, pada 2015 0 persen dan 2014 tumbuh negatif. Tapi, yang negatif adalah arah kebijakan AS, terutama suku bunga maupun kebijakan fiskal. Sebenarnya kalau kebijakan sudah bisa diprediksi, tahun ini suku bunga akan naik pada Juli dan September. Namun, yang tidak bisa diprediksi adalah kebijakan fiskal yang berdampak pada penetapan suku bunga AS. Jadi, perekonomian yang sebelumnya hanya ditopang konsumsi swasta sekarang ditambah ekspor. Pembentukan ekspor dalam produk domestik bruto sebesar 8 persen karena ekonomi global. Yang sebelumnya cukup rendah hanya naik 4 persen. ”Jadi, ekonomi Indonesia recovery sejak pertengahan 2015. Diharapkan, kalau terus naik, bisa stimulasi ekonomi di daerah-daerah,” tutur Perry. Pada triwulan pertama, ekonomi di beberapa daerah seperti Kalimantan naik karena ada tambahan ekspor. Daerah lain seperti Sumatera juga membaik, tapi perdagangan antardaerah terbatas. Sementara itu, pertumbuhan Jawa bagus karena ada investasi bangunan seperti jalan tol dan infrastruktur. (res/c25/sof)

Sumber: