Nyali Kami Sudah Teruji! Polri Terjunkan Densus 88
JAKARTA-Pelaku penyiram wajah penyidik KPK Novel Baswedan belum terungkap. Teror kembali datang. Rumah Ketua KPK Agus Rahardjo dan Wakil Ketua Laode M Syarif dilempar bom, Rabu (9/1) dini hari. Ancaman itu tak membuat takut para pemimpin lembaga antirasuah tersebut. Di rumah Agus Rahardjo di Perumahan Graha Indah, Jatiasih, Bekasi, ditemukan bom pipa. Sementara di rumah Laode di Jalan Kalibata Selatan, Jakarta Selatan dilempar bom molotov. Bom di pagar rumah Agus, kali pertama ditemukan oleh Aipda Sulaeman, sekitar pukul 05.30 WIB. Bom rakitan tersebut berada di dalam tas warna hitam dan digantung di depan pagar rumah Agus. Pagi hari saat Agus hendak membuka pagar terkejut mendapati pagarnya ada benda mencurigakan. Ia lantas menelopon polisi. Aipda Sulaeman yang datang, kemudian memeriksa tas dan menemukan barang diduga bom di dalamnya. Selanjutnya Sulaeman membawa benda tersebut dan berhasil menjinakkan benda itu dengan cara melepaskan baterai dan detonator yang berfungsi memicu ledakan. Juru Bicara KPK, Febri Diansyah mengatakan, para pegawai, termasuk kelima pimpinan, tetap bekerja menjalani tugasnya masing-masing. Bahkan, Agus tetap menghadiri acara sebagai narasumber di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pagi tadi. "Nyali kami sudah teruji. Kami tidak takut. Kami tetap melaksanakan tugas penindakan dan pencegahan seperti yang dilaksanakan setiap harinya sesuai dengan jadwal dan perencanaan yang dilakukan," ujar Febri kepada awak media, kemarin (9/1). Terkait dugaan aksi teror, Febri mengatakan telah menerjunkan tim ke tempat kejadian perkara untuk berkoordinasi dengan kepolisian. Ia pun mengapresiasi kinerja tim gabungan dari Mabes Polri, Polda Metro Jaya, dan Tim Densus 88 yang berkerja dengan cepat menangani kasus tersebut. Febri mengakui, KPK mendapat dukungan dari berbagai elemen masyarakat secara langsung maupun tidak langsung. Publik mendukung untuk tidak terpengaruh dengan aksi teror dan terus melakukan tugas memberantas korupsi. Dikatakan Febri, saat ini fokus KPK adalah memperkuat mitigasi risiko keamanan, baik kepada pimpinan maupun para pegawai KPK."Jika dibutuhkan kami akan melakukan penguatan-penguatan aspek keamanan," tuturnya. Ia pun meminta kepada publik untuk menunggu perkembangan proses penanganan perkara yang dilakukan kepolisian. Dirinya pun menjamin KPK akan tetap bekerja sesuai koridor hukum. Sementara itu, Ketua Wadah Pegawai (WP) KPK, Yudi Purnomo Harahap mengecam keras aksi teror yang menimpa dua pimpinan KPK. Kata dia, upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan tengah diuji. Yudi menegaskan, aksi teror yang kerap menimpa pegawai KPK tidak akan menurunkan semangat dalam memberantas korupsi. Ia meyakini aksi tersebut sebagai upaya untuk menimbulkan rasa takut agar KPK berhenti menindak kasus korupsi. "Kami justru makin memperteguh semangat kami bahwa korupsi harus dibasmi, apapun risikonya," tegasnya. Aksi tersebut, menurutnya kerap dilakukan lantaran para pelaku memandang kasus tersebut tidak akan terungkap. Maka, dirinya mendesak kepolisian untuk segera menangkap pelakunya, agar upaya teror terhadap pimpinan dan pegawai KPK tidak akan terulang. "Presiden Joko Widodo harus dapat membongkar berbagai upaya pelemahan KPK melalui teror kepada pimpinan KPK maupun pegawai," tegas Yudi. Terpisah, Koordinator Divisi Korupsi Politik Indonesia Corruption Watch (ICW), Donal Fariz menyatakan, teror yang menimpa Agus Rahardjo dan Laode M Syarief merupakan bukti bahwa KPK telah bekerja dengan baik. Ia menilai, banyak spekulasi yang melatarbelakangi tindakan itu, seperti politik hingga proses penegakan hukum. "Teror kepada KPK itu akan terus terjadi kalau teror-teror sebelumnya tidak terungkap. Tentu butuh kerja cepat bagi penegak hukum untuk membongkar kasus ini, khususnya pihak kepolisian. Karena untuk menghindari spekulasi-spekulasi itu butuh proses hukum yang cepat," ujar Donal di Kantor ICW, Jakarta. Ditambahkan, aksi teror bom kepada KPK bukan yang pertama kali terjadi. Pada Januari 2008, KPK juga pernah digoyang isu bom yang menyebabkan seluruh pegawai KPK berlarian keluar gedung untuk menyelamatkan diri. Jelang setahun, tepatnya Juli 2009, teror tersebut juga kembali menimpa. Ada yang menelepon pihak KPK dan menyebut bom telah diletakkan di gedung KPK lama. "Ini akan terus menjadi teror kalau pelaku-pelaku teror sebelumnya tidak pernah terungkap secara hukum," tukasnya. Sementara itu polisi sedang berupaya untuk mengungkap teror bom yang terjadi di rumah Ketua KPK Agus Rahardjo di Perumahan Graha Indah, Jatiasih, Bekasi, dan Wakil Ketua KPK Laode M. Syarif di Jalan Kalibata Selatan, Jakarta Selatan, itu. Berdasarkan laporan yang beredar, teror terjadi dalam waktu bersamaan, dan jenis bom yang berbeda. Rumah Laode dilempar bom molotov sementara, di rumah Agus bom pipa. "Saat ini bapak kapolda sudah membentuk tim, dan dibantu oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror untuk mengungkap insiden ini," kata Karopenmas Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo di Markas Besar Polri. Menurut Dedi, keterangan saksi mata dari tetangga rumah wakil ketua KPK mengatakan, diduga sisa bom molotov berupa, pecahan botol ditemukan pertama oleh sopirnya, pada pukul 05.30 WIB. Ketika itu saksi pun sempat melihat botol, seukuran botol bir berwarna bening dan di dalamnya terdapat cairan. "Bentuknya, seperti lampu kneer alias sentir yang memiliki sumbu," ucap Dedi. Menurut saksi mata, mendengar temuan sopir bernama Bambang tersebut, Laode bersama istrinya pun keluar rumah. Kemudian, sekitar 30 menit berselang, dua polisi datang. "Berikan waktu untuk tim ini bekerja dulu, dibantu tim Densus 88. Kenapa kami libatkan Densus 88 karena, kami rasa mereka sudah lengkap pengalamannya dalam mengungkap kasus-kasus besar selama ini," jelas Dedi. Sementara di lokasi kejadian rumah Laode, seorang warga bernama Suwarni (59) mengaku, bom itu pertama kali ditemukan oleh sopirnya."Saya lagi jualan kue, lagi duduk. Dan lihat sopirnya datang naik motor lalu, dia teriak ke pembantu di dalam, ada apa katanya? Lalu dia (sopir) bilang ada molotov," ujar Suwarni. Saat itu pembantunya tak berani keluar, kuncinya dilempar dari dalam. "Nah, pas saya tanya ke sopirnya,' ada apa Pak Bambang? Terus pak Bambang jawab ada bom molotov. Kemudian saya lihat dan ternyata benar," sambung Suwarni. Tak lama berselang, lanjut Suwarni, pemilik rumah Laode dan istrinya pun keluar guna untuk melihat botol molotov yang saat itu berada di depan rumahnya dalam kondisi menyala di bagian sumbunya. Dan terlihat Laode nampak langsung menelepon seseorang. Masih di lokasi yang sama seorang tetangga Laode, Anita (39) mengakui, pada tengah malam, sekitar pukul 00.00 WIB, dia sempat mendengar suara pecahan botol dan bunyi jatuhnya benda. Namun, dia tak sempat menengok karena berpikir mungkin hanya orang iseng belaka. "Habis itu ada suara motor kencang, jam 12 malam menjelang 00.30. Sember gitu suara motornya, kenceng, ngegas," tuturnya. (fin)
Sumber: