Gunung Anak Krakatau Mereda, Jarak Waspada 500 Meter dari Pantai
SERANG-Puluhan ribu orang memilih tinggal di pengungsian, bukan karena rumahnya rusak diterjang tsunami di Selata Sunda. Tapi, mereka mengungsi karena takut dan trauma. Diharapkan mereka bisa kembali lagi ke rumah masing-masing setelah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mempersempit wilayah berbahaya di dekat pantai. Sebelumnya, lantaran ada potensi tsunami susulan setelah Sabtu (22/12) BMKG memberikan peringatan agar masyarakat berhati-hati di radius 1 km dari bibir pantai. Senin (31/12), radius itu diturunkan menjadi 500 meter, seiring dengan status Gunung Anak Krakatau (GAK) diturunkan. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menurunkan status jarak waspada Gunung Anak Krakatau (GAK) bagi masyarakat sekitar Selat Sunda seperti Anyer, Carita, dan sekitarnya, dari radius satu kilometer menjadi sekitar 500 meter dari pantai. Kepala BMKG Klas II Serang Rahmat Triyono mengatakan masyarakat yang sebelumnya mengungsi ke lokasi yang jauh dari pantai terkait peringatan BMKG sebelumnya agar jarak aman dari pantai sekitar 1 Km, saat ini diturunkan menjadi 500 meter. "Tadi kami sudah menghadap Pak Gubernur (Gubernur Banten, Wahidin Halim), menyampaikan terkait area waspada bagi masyarakat di sekitar pantai, karena badan geologi menyampaikan informasi terkait penurunan aktivitas Gunung Anak Krakatau. Jadi Area waspada saat ini sekitar 500 meter dari pantai," katanya saat ditemui di Pendopo Gubernur Banten, KP3B, Kota Serang, Senin (31/12). Diketahui, beberapa hari yang lalu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengeluarkan rilis bahwa GAK naik level menjadi level III atau Siaga. Bahkan masyarakat dihimbau untuk tidak mendekati gunung berapi aktif itu dalam radius 2 kilometer. Menurut Rahmat, bagi warga di sekitar pantai Anyer, Carita dan sekitarnya yang tadinya berada agak jauh dari pantai, untuk kembali ke rumahnya masing-masing. "Tentunya kembali ke rumah masing-masing sambil tetap waspada," ujarnya. Sambil menunggu informasi dari badan geologi terkait penurunan level status GAK, kata dia, pihaknya juga memantau alat sensor aktivitas gunung tersebut yang dipasang di beberapa titik di wilayah Banten dan Lampung. Hasil pemantauan dari alat sensor tersebut, aktivitas GAK saat ini cenderung menurun. "Kalau nanti levelnya sudah kembali turun, tentu masyarakat bisa menjalankan aktivitas seperti biasa secara normal," katanya. Gubernur Banten, Wahidin Halim mengimbauan terkait jarak aman dari pantai untuk aktivitas masyarakat sekitar radius 1 kilometer. Imbauan tersebut disampaikan berkaitan dengan aktivitas GAK yang masih berstatus siaga level tiga dan meminta wisatawan untuk tidak mengunjungi pantai. Seperti diberitakan sebelumnya, aktivitas GAK sepekan terakhir terus meningkat. Bahkan, PVMBG menetapkan aktivitas GAK sudah memasuki level III atau siaga. Berdasarkan pengamatan petugas PVMBG, Windi Cahya Untung yang melaporkan jika pada periode pengamatan, Kamis (27/12), mulai pukul 00:00-06:00 WIB, status gunung berapi aktif GAK mengalami peningkatan. Petugas juga mendapat laporan dari pos pemantau gunung api (PGA), jika gunung dengan ketinggian 338 meter dari permukaan laut (mdpl) itu sempat terdengar suara dentuman. Deputi Bidang Geofisika BMKG Muhamad Sadly mengungkapkan pertimbangan penurunan radius zona kewaspadaan tersebut adalah inforamsi dari Badan Geologi Kementerian ESDM. Badan Geologi memastikan penurunan erupsi Gunung Anak Krakatau. ”Masyarakat yang berada di zona pantai atau pesisir Selat Sunda, terutama di wilayah Pantai Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang dan Kota Cilegon diminta tetap tenang dan mewaspadai zona dalam radius 500 m dari tepi pantai,” jelas dia kemarin. Selain itu Sadly juga mengimbau masyarakat untuk terus memonitor perkembangan informasi terkait kewaspadaan bahaya tsunami. BMKG juga menyampaikan informasi tinggi gelombang laut untuk periode 31 Desember 2018 hingga 3 Januari 2019. Gelombang dengan tinggi lebih dari 6 meter berpeluang terjadi di laut Natuna Utara dan Cina Selatan. Kemudian gelombang setinggi 2,5 meter hingga 4 meter berpeluang terjadi diantaranya di perairan selatan Jawa Barat hingga Bali. Sementara itu, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarkat BNPB Sutopo Purwo Nugroho menuturkan setelah penurunan peringatan dari BMKG itu keluar diharapkan masyarakat jadi lebih tenang. Terutama mereka yang tidak terdampak langsung tsunami dan memilih tinggal di pengungsian karena takut. ”Dari 20.726 pengungsi, kurang dari 10.000 orang adalah pengungsi yang disebabkan rumah rusak. Sedangkan lebih dari 10.000 pengungsi adalah pengungsi yang mengungsi karena trauma,” ungkap dia kemarin. Total ada 1.012 rumah rusak dengan perincian 70 rusak ringan, 671 rusak berat, dan 25 rusak total. Pembaruan status itu karena penurunan aktivitas Gunung Anak Krakatau sejak Jumat (28/12). Tinggi gunung dari 338 meter tinggal sekitar 110 meter. Jenis letusan juga Surteysian yang berarti dekat dengan air laut. ”Pantauan satelit Himawari menunjukkan sebaran abu vulkanik makin berkurang,” tambah Sutopo. Selain itu, ada 41 sekolah di sebelas kecamatan di Pandeglang yang tercatat sebagai lokasi pengungsian. Padahal sekolah tersebut akan dipergunakan untuk aktivitas belajar mengajar yang dimulai Senin (7/1) atau sepekan lagi. ”Untuk warga yang rumahnya rusak sedang diupayakan untuk dapat bantuan pendirian huntara (hunian sementara, Red), kebutuhanya 696 unit. Kalau bisa secepatnya,” kata Sutopo. Sudah ada sebelas lokasi yang ditetapkan untuk jadi lokasi pembangunan huntara di Pandeglang. Diantaranya di Lapangan Desa Bojen Kecamatan Sobang, Lapangan Desa Gombong, Desa Teluk Lada, Kampung Pasirmalang Desa Keryajaya, Kampung Palingping Desa Tunggaljaya, dan Desa Banyubiru. ((tb/tnt/jpg)
Sumber: