Saluran Tersier Cisadane Butuh Dikeruk

Sabtu 08-12-2018,03:06 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

MAUK – Luas lahan persawahan di Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang mencapai 22.820 hektar. Dengan lahan seluas itu, pastinya membutuhkan debit air yang besar, sebab air merupakan kebutuhan pokok dalam pengelolaan lahan persawahan padi. Tanpa air, petani tidak akan bisa menggarap lahan tersebut. Saat ini, debit air yang mengairi lahan persawahan di desa Kecamatan Mauk, dianggap belum bisa memenuhi kebutuhan air ke lahan persawahan secara keseluruhan dan dengan waktu yang serempak. Mereka lebih mengandalkan air hujan untuk kebutuhan sawah. Alhasil, para petani tidak akan bisa menanam bibit padi secara bersamaan. Padahal, dengan melakukan masa penanaman padi yang serempak, dapat meminimalisir serangan hama wereng terhadap tanaman padi. Dengan begitu, hasil panen tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. Demikian disampaikan, Kusen, seorang petani kepada Tangerang Ekspres, Jumat (7/12). Ia mengatakan, beberapa bulan ini, lahan persawahan padi di sebagian Kecamatan Mauk, mengalami kekeringan. Beberapa pihak beralasan, hal itu dampak dari musim kemarau yang berkepanjangan. Tetapi, ia menyebutkan, walaupun sekarang sudah memasuki musim hujan, namun secara keseluruhan lahan persawahan padi di Kecamatan Mauk, belum maksimal tersuplai air dari saluran tersier Sungai Cisadane. “Apalagi alasan dari penyebab hal itu. Apakah disebabkan dengan pendangkalan saluran air atau kondisi turap saluran air yang sudah mengalami kerusakan-kerusakan,” kata Kusen, warga Kampung Kebonan, Desa Tegal Kunir Lor, Kecamatan Mauk itu. Tak ingin menyalahi pihak manapun, ia meminta, seluruh intansi yang terkait dapat bersinergi dengan baik, agar dapat menyelesaikan persoalan yang dihadapi para petani, yaitu debit saluran air tersier Sungai Cisadane, yang sedikit. Di Desa Tegal Kunir Lor, ia menyebutkan, sekitar 300 hektar lahan persawahan padi, belum dapat teraliri air secara maksimal. “Fakta di lapangan, debit air saluran di persawahan hanya setinggi 10 sentimeter saja. Baiknya, debit air bisa mencapai 50 sentimeter atau lebih,” ungkapnya. Tak kalah penting, ia menambahkan, perlu ada peran aktif petugas pintu air Jatiwaringin, untuk memantau debit saluran air tersier Sungai Cisadane, yang mengalir ke sejumlah desa di Kecamatan Mauk. Sementara itu, Mahpudin Kipang, Kepala Desa Tegal Kunir Lor mengatakan, pihaknya sudah mengajukan normalisasi saluran air tersier Sungai Cisadane sejak beberapa tahun lalu, namun belum terealisasi. “Kewenangan normalisasi saluran air tersier Sungai Cisadane, bukan pada kami. Saya sudah ajukan supaya dinormalisasi, bahkan beberapa titik turap saluran air yang rusak juga agar diperbaiki, namun belum terealisasi,” kata pria yang juga sebagai ketua asosiasi pemerintah desa seluruh Indonesia (APDESI) Kecamatan Mauk. Diluar itu, dia sudah memanfaatkan anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes) Tegal Kunir Lor, untuk pembangunan akses jalan usaha tani di Desa Tegal Kunir Lor. Selain itu, penurapan saluran air di lahan persawahan di Desa Tegal Kunir Lor. (mg-2/mas).

Tags :
Kategori :

Terkait