GREGORIA Mariska Tunjung mengawali langkah di Prancis Terbuka 2018 dengan sempurna. Pebulutangkis 19 tahun itu mengalahkan wakil Taiwan, Lee Chia Hsin, straight set, 21-9, 21-9 di Stade Pierre de Coubertine, Paris, Prancis, tadi malam. Grego kini mengincar prestasi terbaik di French Open. Itu setelah dia pekan lalu hanya mentok di semifinal Denmark Open, pasca takluk dari Saina Nehwal. Selanjutnya, tunggal putri peringkat 19 BWF itu akan menghadapi Mia Blichfeldt yang juga bertemu di 16 besar Denmark Open pekan lalu. Secara kualitas, pebulutangkis dari klub Mutiara Cardinal itu cukup komplet. Tahun ini dia mulai masuk di level senior secara penuh. Tantangan yang dihadapi lebih kepada penyesuaian saat menghadapi top elit tunggal putri dunia. Minarti Timur, pelatih tunggal putri pelatnas menyebut kemampuan Grego sebenarnya setara dengan top 20 dunia. “Tetapi, untuk menang dia harus bisa mengontrol permainan. Seperti hari ini (kemarin, Red),” terangnya saat dikonfirmasi. Sayangnya, tunggal putri Indonesia lainnya, Fitriani kembali belum bisa membuktikan diri bersaing pada turnamen level Super 750 BWF Tour. Kemarin, Fitriani kalah dari He Bingjiao dari Tiongkok, 21-17, 21-19. “Fitri sudah bisa mengajak rally terus. Hanya saja pada poin terakhir malah mati sendiri,” sebut Minarti. Di sisi lain, entah apa yang dialami Anthony Sinisuka Ginting. Tunggal putra peringkat 9 dunia itu mengalami mimpi buruk dalam dua pekan terakhir. Dua kali tampil di Denmark Open dan French Open 2018, selama itu pula dia takluk lebih awal di babak 32 besar. Capaian itu bukanlah hasil bagus pasca penampilan apiknya tampil sebagai juara China Open September lalu. Ginting kalah dari Kantaphon Wangcharoen dari Thailand, 20-22, 12-21. Dalam surat elektronik PP PBSI, Ginting berkilah kondisi shuttlecock yang ada di French Open cukup berat. “Saya sudah inisiatif nyerang dari depan, datang bolanya lambat, dia (Kantaphon ,Red) nekan, stabil, saya banyak mati sendiri,” terangnya. Merujuk website resmi Yonex, shuttlecock di French Open menggunkaan tipe Aerosensa 30. Tipe yang sama yang juga digunakan di ajang besar. Seperti Thoma-Uber Cup, World Championships, juga Indonesia Open. Cuaca di Paris yang mencapai 16 derajat celcius bisa menjadi salah satu kendala Ginting untuk mengembangkan permainan. Hasil serupa juga diperlihatkan Tommy Sugiarto, tunggal putra non pelatnas Indonesia. Dia juga kalah dari unggulan ketujuh, Son Wan-ho (Korsel) dalam tiga set, 21-16, 24-26, 20-22. Sementara itu, ganda putri pelapis Indonesia, Ni Ketut Mahadewi/Rizki Amelia Pradipta berjuang dalam tiga set untuk mengalahkan unggulan kedelepan, Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prajongjai (Thailand), 21-15, 18-21, 21-19. Kemenangan tersebut semakin membuat pasangan pelapis Greysia Polii/Apriyani Rahayu itu semakin matang. Maklum, mereka baru dipasangkan sejak Denmark Open pekan lalu. Itu merupakan bagian dari eksperimen pelatih ganda putri pelatnas, Eng Hian, untuk mencari pelapis sepadan buat Greysia/Apriyani menuju Olimpiade Tokyo 2020. Kabidbinpres PP PBSI, Susy Susanti melihat performa Ketut/Rizki bisa menjadi solusi. Tetapi dia enggan mengambil kesimpulan cepat. “Masih ada waktu hingga akhir tahun, kalau mereka bisa bertahan di semifinal, lebih-lebih juara, itu semakin bagus,” terangnya. (jpg/apw)
Prancis Terbuka 2018, Grego Masuk Top 20 Dunia
Rabu 24-10-2018,03:38 WIB
Editor : Redaksi Tangeks
Kategori :