Liverpool vs PSG (3-2), ‘Mata Satu’ Bungkam MCN

Kamis 20-09-2018,04:54 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

Penyerang Liverpool Daniel Sturridge harus menunggu selama 2.379 hari untuk tampil sebagai starter di ajang Liga Champions. Sebelum kemarin (19/9), Sturridge masuk dalam starting XI ketika masih membela Chelsea. Yakni saat bermain lawan Napoli pada 14 Maret 2012 di leg kedua babak 16 besar. Dan Sturridge pun membayar lunas penantiannya tersebut dengan gol. Dipercaya menggantikan Roberto Firmino yang matanya tercolok saat lawan Tottenham Hotspur Sabtu (15/9) lalu, gol kemarin menjadi gol perdananya di Liga Champions musim ini. “Ini adalah pertandingan yang brilian dari awal sampai akhir. Saya pikir kami bertahan dengan baik, kami juga memberikan semua yang bisa kami lakukan sehingga kami bisa mendapatkan hasil akhir yang memang layak kami dapatkan,” tutur pemain berusia 29 tahun tersebut saat diwawancara UEFA. Pelatih Liverpool Juergen Klopp juga memberikan apresiasi kepada Sturridge untuk golnya kemarin. Klopp berkata gol oleh Sturridge menunjukkan tanda kalau dirinya bukan sekedar penghangat bangku cadangan. “Sebelum pertandingan saya berkata kepada Daniel (Sturridge) kalau dia ada dalam kondisi fisik dan mental terbaik sejak saya bertemu dengannya pertama kali pada Oktober 2015. Dan dia memang membuktikannya,” ucap Klopp seperti ditulis 101 Great Goals. Mengenai Firmino, Klopp berkata Senin (17/9) lalu kondisi Firmino tidak seberapa bagus. Tapi 24 jam sebelum pertandingan, Firmino mendatanginya dan berkata kalau dia baik-baik saja. Nah, setelah mencetak gol kemenangan kemarin maka Firmino pun melakukan selebrasi unik. Penyerang Brasil itu berlari ke sudut lapangan sambil menutup mata kirinya. Firmino seperti memberikan kalau satu mata pun dia bisa mencetak gol. Mata kiri Firmino pada Sabtu (15/9) lalu tercolok oleh lambaian tangan bek Spurs Jan Vertonghen. Mengomentari selebrasi gol Firmino yang dilakukan dengan menutup satu mata menurut patner lini depan Firmino, Sadio Mane, cukup senang. Sebab 24 jam sebelum bertanding Mane mengiriminya pesan kalau tim sangat membutuhkannya. “Setelah kita melihat bagaimana Bobby (Firmino) melakukan gol dengan gaya no look maka saya yakin kalau dia tidak membutuhkan mata untuk mengetahui dimana letak gawang lawan,” canda Mane seperti ditulis ESPN. Ketika Liverpool memainkan Trisula lini depan, Paris Saint-Germain (PSG), Kylian Mbappe-Edinson Cavani-Neymar, dilabel sebagai trio paling mahal seantero Eropa. Untuk memboyong trio MCN ke ibukota Prancis itu, bos PSG Nasser Al-Khelaifi harus mengeluarkan dana sebesar GBP 379,35 juta (Rp 7,4 triliun). Memasuki musim kedua, asa melihat MCN kian beringas dalam membobol gawang lawan belum terwujud. Setidaknya sampai kemarin (19/9) di matchday pertama grup C Liga Champions. PSG tumbang dengan skor 2-3 oleh finalis Liga Champions musim lalu Liverpool di Stadion Anfield. Tiga gol The Reds dihasilkan Daniel Sturridge pada menit ke-30, penalti James Milner (36'), dam Roberto Firmino (90+2'). Sedangkan dua gol PSG dikontribusikan Thomas Meunier (40') dan Mbappe (83'). Pelatih Liverpool Juergen Klopp kepada UEFA kemarin mengatakan sesaat setelah undian grup dilakukan hampir semua berpikir jika Liverpool tak punya kemampuan buat mengimbangi kekuatan PSG. Nyatanya malah performa Liverpool yang ditunjukkan kemarin ada di atas PSG. “Menghadapi (serangan) Neymar dan (Angel) Di Maria pada sisi yang sama bukanlah satu kondisi yang mudah. Namun saya tak ingat berapa banyak peluang yang dihasilkan keduanya,” kata Klopp. Ujaran pelatih 51 tahun itu sangat menampar keberadaan MCN di kubu PSG. Padahal kalau dibandingkan secara harga, sebuah parameter termudah untuk menimbang kualitas pemain, kuartet bek Liverpool tak ada apa-apanya. Harga pembelian keempatnya, kecuali Alexander-Arnold yang diambil dari tim junior, cuma mencapai GBP 83,43 (Rp 1,62 triliun). Atau seperempat harga lebih murah dari trio MCN! Meski harga lebih murah, nyatanya keempat bek itu mengunci pergerakan MCN. Kapten PSG Thiago Silva di mixed zone kepada ESPN mengatakan kalau kekalahan kemarin bukan semata-mata salah trio MCN di lini depan. Melainkan keseluruhan pemain. “Kami tak punya peluang untuk mengirimkan bola untuk Kylian (Mbappe), Edinson (Cavani), dan Neymar. Saya kira kami tak 100 persen fokus buat pertandingan ini,” ucap Thiago. Dari statistik umpan antarpemain di situs UEFA kemarin terlihat bagaimana Cavani menjadi satu dari trio MCN yang paling terisolir. Jumlah umpan kepada penyerang berjuluk El Matador tersebut hanya tujuh buah dalam 90 menit! Adrien Rabiot menjadi penyuplai terbanyak dengan empat kali. Sedangkan Mbappe melakukan 26 umpan, terbanyak dengan Thomas Meunier (sembilan kali). Lalu Neymar sebanyak 48 umpan dengan intensitas terbanyak dengan Di Maria (18 kali). “Neymar mencoba membantu mengangkat tim ini, dia melakukan apa yang pelatih minta lakukan padanya. Semuanya mencari siapa sosok paling bersalah dan saya katakan semuanya menanggung kesalahan ini,” tutur bek berusia 33 tahun tersebut. The Times kemarin menuliskan peran besar Alexander-Arnold untuk mengamankan sisi kanan pertahanannya. Dalam heatmaps versi Whoscored, bek 19 tahun itu terlihat lebih aktif di daerah pertahanan lawan ketimbang pertahanan Liverpool. Pressing Alexander-Arnold kepada Neymar dan Di Maria membuat keduanya mati kutu. Pundit ESPN Mark Ogden kemarin menulis jika kekalahan kemarin menunjukkan kalau Neymar atau Mbappe harus keluar dari PSG jika ingin sukses di kancah Eropa. Ogden menyatakan pilihan Neymar keluar dari Barcelona dan bergabung di PSG menjadi pilihan karir yang sejauh ini tidak pas. “Neymar tahu jika di Barca, dia menjadi bayang-bayang Messi. Namun masalahnya di Barca semua lini kekuatannya begitu merata dan itu menjadi modal berharga berkompetisi di Eropa. Sedangkan di PSG, Al-Khelaifi membangun triumvirat lini depan namun lupa memperkuat unsur pertahanan tim,” tulis Ogden. Ogden juga menuturkan Neymar tidak mendapat lawan tanding yang sepadan pada setiap pekannya. Padahal dengan sparring partner yang kekuatannya berimbang seperti yang didapat jika bermain di Spanyol atau Inggris, hal itu ikut menaikkan level kemampuan bersaing di Eropa. (dra)

Tags :
Kategori :

Terkait