Total 125 Jemaah Haji Wafat di Saudi, 33 di Antaranya di Armina

Kamis 23-08-2018,07:02 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

Dari hari pertama penyelenggaraan ibadah haji sampai saat ini, total ada 125 jemaah yang meninggal dunia di Tanah Suci. Dari total jumlah tersebut, 33 jemaah haji meninggal dunia di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina) yang merupakan titik paling krusial penyelengaraan haji. Merujuk pada data dari Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat), Rabu (22/08) pukul 12.30 waktu Arab Saudi, sampai hari keempat puncak haji yang dilangsungkan di Arafah, Muzdalifah dan Mina, ada 33 jemaah haji meninggal dunia.Rincian dari 33 jemaah meninggal tersebut adalah, 7 jemaah wafat di Arafah, 5 wafat Muzdalifah, dan sisanya atau 21 jemaah wafat di Mina. Sebanyak 56,89 persen penyebab jemaah meninggal karena penyakit jantung. Mina memang begitu krusial. Di wilayah ini, jemaah haji harus menempuh perjalanan dari tenda ke tempat melempar jumroh atau jamarat sejauh 3-5 Km sekali menempuh perjalanan. Itu pun jemaah terkadang harus berdesak-desakan karena banyaknya jemaah yang melintas. Sebelum mencapai Mina, fisik jemaah juga lebih dulu terforsir setelah sebelumnya menginap di perkemahan di Arafah dan singgah beberapa jam di Muzdalifah pada tengah malam. Jemaah akan menginap selama dua hari (untuk yang mengambil nafar awal) dan tiga hari (untuk yang mengambil nafar tsani) di Mina. Kembali mengenai data jemaah meninggal dunia, merujuk data wafat tahun lalu, jumlah tahun ini menurun signifikan. Pada 2016 jumlah jemaah wafat 342 orang, sementara 2017 mencapai 657 orang. Jutaan jemaah haji sudah mengosongkan Padang Arafah. Bergerak sejak Senin malam waktu setempat (20/8), seluruh jemaah haji sudah berada di Mina pada Selasa dini hari (21/8) untuk menjalankan prosesi lempar jumrah. Iring-iringan bus pengangkut jamaah haji bergerak ke Muzdalifah mulai sekitar pukul 16.00 waktu Arab Saudi atau pukul 20.00 WIB. Khusus untuk jamaah haji Indonesia, bus yang disediakan hanya tujuh unit. Bus-bus itu hilir mudik mengangkut jamaah dari Arafah ke Muzdalifah. Di Muzdalifah yang memiliki luas sekitar 12 hektare tersebut, seluruh jamaah menjalani mabit (bermalam sejenak) hingga waktu salat Subuh. Selama mabit, jemaah juga mengumpulkan kerikil untuk lempar jumrah. Pantauan Jawa Pos (grup Tangerang Ekspres), kawasan Muzdalifah sudah dibagi sesuai negara asal jemaah haji. Di setiap area, dipasang bendera negara asal jemaah. Area untuk jemaah haji Indonesia paling luas jika dibandingkan dengan jamaah negara lain. Maklum, jumlah jemaah haji Indonesia memang paling besar, yakni 221 ribu orang. Di Muzdalifah, tidak disediakan tenda. Hanya ada karpet untuk tempat lesehan jamaah haji. Menjelang subuh, lautan manusia mulai bergerak menuju Mina. Sebagian diangkut dengan bus. Namun, tidak sedikit yang memilih berjalan kaki. Antrean jamaah dan bus mengular di sepanjang jalan. Subhan Ali Jafar, petugas haji yang bergabung dalam tim mobile crisis rescue (MCR), melaporkan, ribuan orang bergerak memasuki terowongan Mina sejak Selasa pukul 01.00. Jemaah Indonesia yang semestinya berangkat ke Mina siang ternyata juga terlihat. Akibatnya, mereka berbaur dengan jemaah haji dari negara lain. “Agak ndrawasi (mengkhawatirkan, Red), jamaah Indonesia berdesak-desakan dengan jamaah haji negara lain yang badannya lebih gede,” terangnya. Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Daerah Kerja Madinah sebenarnya sudah berkali-kali menyosialisasikan jadwal keberangkatan ke Mina maupun jam larangan melempar jumrah. Kepala PPIH Daker Madinah Mohammad Khanif menjelaskan, pihak muassasah Arab Saudi telah menetapkan waktu-waktu terlarang bagi jamaah haji Indonesia untuk melempar jumrah. Untuk 10 Zulhijah (21/8), jam terlarang itu mulai pukul 06.00 sampai 10.30. Lalu, pada 11 Zulhijah (22/8), jam larangan dimulai pukul 14.00 sampai 18.00. Terakhir, yakni 12 Zulhijah (23/8), jamaah Indonesia tidak boleh melempar jumrah pada pukul 10.30 sampai 14.00. Pembatasan itu bertujuan menghindari penumpukan jamaah di satu tempat. “Pihak muassasah Arab Saudi meminta PPIH dapat mengendalikan jemaah Mina Jadid agar tidak keluar sebelum jadwal secara tidak teratur,” kata Khanif. Dia juga meminta tim perlindungan jemaah (linjam) bergerak menertibkan jamaah yang melanggar aturan. Di Mina, banyak jamaah haji Indonesia yang tersesat saat hendak menuju Jamarat untuk melempar jumrah. Misalnya yang terjadi kepada 30 jemaah haji dari kloter 13 embarkasi Palembang. Mereka tersesat hingga area rumah sakit Mina saat hendak melempar jumrah. Rombongan tersebut akhirnya beristirahat karena beberapa orang sudah tidak kuat berjalan. Di daerah Mina Al Wadi, seorang jamaah haji pingsan karena kelelahan. Petugas haji dari tim gerak cepat (TGC) segera membawa jamaah tersebut ke maktab 10 untuk ditangani. Ada juga lima orang dari kloter 8 embarkasi Batam yang hilang dari maktab. Eka Linda, petugas haji dari daker Madinah, meminta bantuan tim linjam. “Lima orang itu tidak pulang sejak pukul 2 dini hari,” katanya. Kasilinjam Daker Madinah Maskat Ali Jasmun mengatakan, penumpukan jemaah terjadi di depan terowongan Mina pada pukul 12.05, saat jamaah haji merangsek menuju Jamarat. Banyak yang menggunakan payung berwarna-warni. “Masya Allah, padat sekali. Jamaah tetap merangsek, memaksakan diri menuju Jamarat,” katanya. (jpg/bha)

Tags :
Kategori :

Terkait