Apakah Trofi Jadi Milik Kroasia ?

Jumat 13-07-2018,05:52 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

MOSKOW-Luka Modric dkk mencatatkan sejarah baru untuk Kroasia. Jika pencapaian terbaik Vatreni sebelumnya adalah peringkat ketiga di Piala Dunia 1998, maka dua dekade kemudian Kroasia menapak ke partai puncak. Kemenangan dengan skor 2-1 atas Inggris di semifinal kemarin (12/7) memang terasa emosional. Victory bagi Kroasia datang setelah melakoni extra-time buat yang ketiga kalinya sepanjang turnamen. Kapten Kroasia Luka Modric dalam wawancara dengan ITV kemarin mengungkapkan uneg-uneg-nya. Apalagi jelang semifinal lawan Inggris, banyak pihak yang memandang enteng Kroasia. “Kami membuktikan satu hal yang sangat bertolak belakang dari yang dipikirkan orang-orang. Terutama jurnalis dan pundit Inggris yang mengatakan kami akan kelelahan akan tetapi omong kosong itu sama sekali tak terbukti,” tutur Modric. Pemain 32 tahun itu membaca dari semua media yang ditemukannya kalau Kroasia akan fisik melemah dan Inggris yang akan melaju. Gara-gara itu Modric kemudian terlecut membuktikan kalau prediksi itu salah. Bek Kroasia Sime Vrsaljko juga jengah dengan kabar kalau dirinya yang akan absen di laga semifinal kemarin. Vrsaljko diisukan absen karena mengalami cedera di lutut kiri ketika menghadapi Rusia di babak perempat final 8 Juli lalu. “Saya kira mereka (media Inggris, red.) seharusnya lebih ramah dan menaruh respek kepada tim kami. Kini kami membuktikan siapa yang lolos ke final,” kata bek Atletico Madrid itu. Jelang final ini muncul beberapa spekulasi tentang kans juara Kroasia di Piala Dunia ini. Four Four Two kemarin menuliskan ada alasan-alasan mengapa Kroasia punya peluang yang lebih besar dari Prancis. Pertama yakni faktor kematangan skuad. Dibandingkan skuad Prancis yang didominasi pemain muda maka pasukan Kroasia jauh lebih siap. Prancis punya rata-rata usia 26,1 tahun. Sedangkan Kroasia 28 tahun. Yang selanjutnya memang agak berbau utak-atik. Yakni lahirnya juara baru setiap 20 tahun sekali. Terhitung sejak 1958 dimana juara dunia adalah Brasil, maka per dua dekade akan muncul juara baru. Setelah 1958, 20 tahun kemudian atau 1978 muncullah Argentina yang untuk pertama kalinya juara. Selanjutnya pada 1998, Prancis mengangkat trofi pertama kalinya di tanah sendiri. “Tahun ini giliran kami. Kami sudah menantinya hampir sepanjang umur kami,” kata jurnalis Kroasia Davor Petrovic ketika diwawancara Four Four Two kemudian tertawa. Di sisi lain, SB Nation kemarin menuliskan majunya Kroasia ke final Piala Dunia membuatnya sebagai negara dengan luas geografis terkecil kedua setelah Belanda yang bisa masuk partai puncak. Kroasia memiliki luas sekitar 56 ribu kilometer persegi. Dan Belanda 41 ribu kilometer persegi. Dari rekam jejak negeri-negeri yang pernah masuk final Piala Dunia, maka Brasil adalah negara terluas yang melangkah ke partai puncak dan jadi juara. Brasil punya luas area mencapai sekitar tiga juta kilomemeter persegi. Pelatih Kroasia Zlatko Dalic sempat bingung dengan sikap para pemainnya di partai semifinal Piala Dunia kemarin (12/7) melawan Inggris. Semua menolak diganti. Padahal di babak 16 besar dan perempat final, Luka Modric dkk harus berjibaku sampai adu penalti untuk memastikan kelolosan. “Saya ingin membuat pergantian pemain lebih awal karena saya tahu mereka (pemain, red.) kelelahan. Namun setiap kali saya akan melakukannya, mereka mengatakan kepada saya jika baik-baik saya,” kata Dalic seperti diberitakan ESPN kemarin. “Jadi bagaimana mungkin saya berkata kepada mereka kalau apa yang mereka katakan tidaklah nyata?” tambah Dalic. Maka akhirnya pergantian 'tercepat' yang dilakukan oleh Dalic terjadi pada menit ke-95. Bek kiri Ivan Strinic akhirnya tak kuasa menahan penat di kakinya yang kemudian digantikan oleh Josip Pivaric. “Mungkin karena pertandingan ini punya pengaruh yang sangat besar dalam sejarah sepak bola kami. Mereka tak mau melewatkan kesempatan menjadi bagian dalam sejarah itu,” tutur Dalic. Dan mentalitas tak kenal menyerah oleh Kroasia menuai hasil indah. Setelah sebelumnya gawang Kroasia dibobol tendangan bebas bek Inggris Kieran Trippier pada menit kelima, Vatreni kemudian menyamakan kedudukan lewat Ivan Perisic (68') kemudian gol Mario Mandzukic (109') membawa Kroasia ke final. Di partai final Minggu (15/7) mendatang, Kroasia sudah ditunggu Prancis. Laga puncak itu akan dilangsungkan di Stadion Luzhniki. Dalic mengungkapkan meski Prancis dalam kondisi lebih fit karena Les Bleus tak menjalani tiga extra time dan dua penalti seperti Kroasia, namun pelatih berusia 51 tahun itu yakin skuadnya sama siapnya ketika bertemu Denmark, Rusia, ataupun Inggris. Mantan pelatih Al-Ain tersebut ditulis Daily Nation kemarin memang lebih bekerja sebagai motivator tim atau psikolog. Sebab secara teknik tak ada yang meragukan permainan Kroasia. “Buat apa saya mengajari mereka bermain sepak bola kalau mereka adalah sekumpulan pemain fantastik. Saya bertugas di sini bukan untuk bicara taktik kepada mereka,” tutur Dalic. “Karena itulah mereka menerima saya,” tambah pelatih kelahiran Livno, Bosnia Herzegovina itu. Lantas apa yang dikatakan Dalic kepada para pemain sehingga mereka bisa bermain ngotot dan tetap kepala dingin ? “Saya berkata kepada mereka kalau cuma tim dengan karakter kuat yang bisa menang. Dan sekali lagi kami menunjukkan kalau kami adalah tim yang tak gampang menyerah,” tutur Dalic. Dalic juga mengatakan sudah siap seandainya pertempuran di final kembali harus dijalani dengan extra time dan adu penalti. Malahan skuad Kroasia jauh lebih siap ketimbang Prancis jika menghadapi situasi ini. Prancis dalam perjalanannya ke final selalu menang dalam 90 menit. Sementara itu, bek Kroasia Dejan Lovren kepada The Telegraph kemarin mengatakan timnya jauh lebih unggul dari Inggris. Baik dari sisi mental juga kualitas permainan. Bek Liverpool itu juga berhasil membayar lunas rasa malunya setelah sembilan bulan lalu dipermalukan oleh penyerang Inggris Harry Kane. Kane dan Tottenham Hotspur menang 4-1 atas Liverpool di Stadion Wembley. “Saya kira setelah pencapaian kami di final, seluruh dunia akan mengingat kami sebagai salah satu generasi selain generasi Kroasia 1998 yang menembus semifinal. Bahkan dalam 20 tahun ke depan, skuad Kroasia 2018 akan diingat sebagai salah satu yang terbaik,” kata Lovren. (dra)

Tags :
Kategori :

Terkait