“Ada kamu sejak di jumpaku, pada kamu ada sesuatu. Walau kamu ada sesuatu, walau kamu tak cemerlang bagai bintang di langit biru” Lirik lagu lawas ini pernah meroket di era tahun 90-an. Generasi muda saat itu sangat menggandrungi lagu yang beraliran rock tersebut. Lagu dengan judul “ Ada kamu” ini dilantunkan oleh penyanyi Hari Moekti. Setelah melanglang buana di belantika musik Indonesia sejak 1988 hingga 1994, ia memutuskan hijrah dan menjadi pendakwah. Sejak pagi langit di Jakarta dan sekitarnya mendung dengan hujan rintik-rintik hingga sore hari. Alam seolah berduka atas berpulangnya Hari Moekti atau yang akrab disapa kang Hari. Usai disalatkan di rumah duka di bilangan Cimahi, Bandung, Jawa Barat, jenazah dikebumikan di Bogor Jawa Barat. “Kang Hari sebenarnya hari ini (kemarin, Red) hendak berdakwah di Cimahi dan meluncurkan buku tentang hijrahnya ke Islam Kaffah. Tapi Allah berkehendak lain, dengan menjemputnya,” ujar Moekti Chandra, adik Hari Meokti, Senin (25/6). Kang Hari di mata keluarga adalah sosok yang bijaksana, tidak mudah menyerah, tidak pernah mengeluh dan sangat sayang kepada istri dan anak-anaknya. Sebelum dipanggil oleh Allah, menurut Chandra, Kang Hari membagi-bagikan batu cincin sebagai kenang-kenangan kepada para ulama. “Sebelum menghembuskan nafasnya, Kang Hari juga berpesan kepada saya untuk meneruskan dakwahnya dan tidak terputus,” bebernya. Dikatakan Chandra, beberapa bulan yang lalu Kang Hari telah divonis menderita penyakit jantung. Bahkan, ia harus dipasang alat bantu jantung di rumah sakit di bilangan Bandung. Sebelum tekad Kang Hari untuk hijrah, menurut Chandra ia selalu mengaku resah dan tidak bahagia. Padahal, selama menjadi seorang musisi, Kang Hari bergelimang harta dan kemewahan. Dia juga menyumbangkan hartanya bagi panti asuhan, namun tetaplah dia tidak bahagia. Ia mengaku, belum menemukan tujuan manusia adalah untuk selamat dunia dan akhirat.“ Uangnya saat itu puluhan miliar, tepat 1995 Kang Hari mendapatkan hidayah dan hijrah ke Islam Kaffah,” terangnya. Setelah hijrah, pria kelahiran Cimahi yang bernama asli Hariadi Wibowo itu pun mulai meninggalkan karir keartisannya yang dirintisnya sejak 1987 dan istiqomah di bidang dakwah. Sepanjang perjalanan spiritualnya, menurutnya Kang Hari menemukan jati dirinya dan meninggalkan semua tipu daya duniawi. “Bagi Kang Hari seorang muslim itu bertugas melakukan dakwah dan menjadi khalifah di muka bumi,” katanya. Chandra menyebutkan, semasa hidupnya Kang Hari tidak pernah mencari pembenaran, tetapi mencari kebenaran. Dengan ketauhidan dari Allah. Karena hidayah setiap manusia telah menerima dari mata untuk melihat, telinga untuk mendengar hingga organ tubuh lainnya. “Proses hidayah Kang Hari seperti itu, tidak mencari pembenaran tapi kebenaran,” katanya. Chandra menerangkan, selama hijrah Kang Hari terus belajar tentang Islam dengan seorang ulama yang faqih, ikhlas, dan benar-benar mendakwahkan Islam secara kaffah. Kang Hari, menurutnya tidak belajar di pondok pesantren. Tetapi ia mengkaji Islam, memahami Islam dan memaknai Islam. “Jadi ilmu Kang Hari itu pahami, amalkan, dan sebarkan,” ungkapnya. Seorang muslim, bagi Kang Hari, dikatakan Chandra jangan seperti lilin. Ia bisa menerangi orang lain, tapi badannya rusak terbakar. Seharusnya, dalam pesannya Kang Hari menuturkan seorang muslim itu dengan berdakwah, menyampaikan Islam di muka bumi sekalipun itu pahit. “Sampaikan dakwah walaupun pahit bagi yang mendengar dan pahit bagi yang menyampaikan. Sampaikan Islam di muka bumi ini,” ucapnya. Pada perbincangan terakhirnya dengan koran ini, Chandra menuturkan, keinginan dan cita-cita Kang Hari hingga akhir hayatnya adalah ingin menegakkan syariat Islam dan menyatukan umat Islam di dunia. (jpg)
Mengenang Hari Moekti, dari Rocker hingga Pendakwah
Rabu 27-06-2018,07:00 WIB
Editor : Redaksi Tangeks
Kategori :