SAINT PETERSBURG – Sebelum Piala Dunia 2018 bergulir Brasil dan Jerman menempati status tim favorit memenangi Piala Dunia ini. Cuma di matchday pertama keduanya meraih hasil yang tak sesuai ekspektasi. Usai ditahan 1-1 oleh Swiss pada Senin (18/6) lalu, Brasil mengincar poin penuh pada matchday keduanya malam ini(22/6). Di Krestovsky Stadium melawan Kosta Rika (siaran langsung TransTV pukul 19.00 WIB). Kondisi internal tim Samba sedang bergembira karena bintang mereka Neymar sudah berlatih secara penuh sejak Rabu (20/6) lalu di kamp latihan Sochi. Padahal sehari sebelumnya (19/6), pemain 26 tahun itu izin meninggalkan latihan usai merasakan nyeri pada engkelnya. Neymar sadar kalau dirinya merupakan tumpuan asa rekan-rekannya saat ini. Pasca latihan kemarin (21/6) pemain termahal dunia itu mengatakan hasil imbang lawan Swiss sudah dilupakannya. “Saya berharap bisa bermain dengan lebih bagus dibandingkan laga debut kami di Piala Dunia ketika lawan Swiss. Kali ini lawan Kosta Rika, kami ingin angka sempurna,” ucap Neymar seperti diberitakan Goal kemarin. Pemain Paris Saint-Germain (PSG) tersebut berujar kalau penampilan timnya harus lebih apik dibandingkan lawan Swiss lalu. Dengan talenta individu yang lebih apik dari Los Ticos, di atas kertas seharusnya Brasil meraih tiga angka. “Kami sudah melihat rekaman pertandingan Kosta Rika pada pertandingan sebelumnya. Namun yang terpenting kami harus memainkan sepak bola kami sendiri,” kata Neymar. Dalam analisis Give Me Sport kemarin (21/6) kendala terbesar yang tidak bisa membuat Brasil tampil wow seperti layaknya saat kualifikasi Piala Dunia adalah ketidakmampuan sang pelatih Tite menemukan pemimpin dalam skuadnya saat ini. Tite membuat formulasi yang sama dengan ketika melatih Corinthians. Dengan menggilir jabatan kapten pada para pemainnya. Tite membawa Corinthians kampiun Copa Libertadores dan Piala Dunia Antarklub 2012 lalu. “Saya ingin memberikan kesempatan yang sama dan berbagi tanggung jawab kepada semua pemain Brasil. Saya percaya menjadi kapten adalah kehormatan bagi setiap pemain,” ujar Tite seperti dikutip Give Me Sport. Pada awal menjabat pelatih Brasil yakni Juni 2016, Neymar adalah kapten Brasil. Kemudian jabatan kapten berpindah ke pundak Dani Alves, Miranda, sampai Marcelo. Marcelo yang jadi kapten Brasil saat bermain imbang lawan Swiss (18/6) juga menunjukkan kegagalan menjadi pemimpin buat rekan-rekannya. Selain masalah ketidakmampuan menemukan sosok pemersatu dan kapten dalam tim, Tite juga menghadapi dilematis mengenai siapa sosok penyerang yang akan dipasang. Dalam skema 4-2-3-1 yang akan dipakai Tite, pelatih berusia 57 tahun itu dihadapkan dua pilihan penyerang. Antara Gabriel Jesus atau Roberto Firmino. Meski sejak menjadi pelatih Brasil, Tite lebih sering memasang Jesus sebagai pilihan utama di lini depan, namun performa Firmino yang masuk sebagai pemain pengganti di laga versus Swiss tak bisa ditepikan. Penyerang Liverpool itu masuk menit ke-79 menggantikan Jesus. Versi Whoscored dalam 11 menit berada di lapangan, Firmino melakukan dua percobaan gol. Satu on target, satu off target. Akurasi passing Firmino juga 100 persen. Sementara Jesus meski hanya membuat satu tembakan off target namun pemain 23 tahun tersebut membuat dua dribbles sukses ke area pertahanan Swiss. “Jesus adalah penyerang dengan kecepatan yang mumpuni, sedang Firmino bermain lebih ke tengah dan bisa menjembatani passing dengan lebih apik,” tulis Sportskeeda kemarin. Di sisi lain, pencetak gol Brasil Philippe Coutinho kepada Goal mengatakan Brasil bukan tipe tim yang bergantung pada satu orang. “Ini bukan tim Neymar, ini tim Brasil,” ujar pemain Barcelona itu. (jpg/bha)
Brasil vs Kosta Rika, Kebangkitan Samba
Jumat 22-06-2018,04:55 WIB
Editor : Redaksi Tangeks
Kategori :