Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Mei 2018 sebesar 0,21%. Hal ini disampaikan oleh Kepala BPS Suhariyanto di Kantor Pusat BPS, Jakarta Pusat, Senin (4/6). "Hasil pemantauan BPS di 82 kota pada Mei 2018 ini terjadi inflasi sebesar 0,21%," ujar Suhariyanto. Inflasi 0,21% pada Mei membuat inflasi di tahun kalender dari Januari-Mei 2018 sebesar 1,30% dan year on year (yoy) 3,23%. "Inflasi 0,21% selama Mei 2018 berarti inflasi tahun kalender Januari-Mei 1,30% tahun ke tahun 3,23%," tutur Suhariyanto. Ia menambahkan, dari 82 kota yang disurvei, 65 kota mengalami inflasi dan 17 kota mengalami deflasi. "Inflasi tertinggi di Tual, terendah di Kota Tangerang, Purwokerto. Deflasi tertinggi di Pangkalpinang 0,99%," ujar Suhariyanto. Besaran inflasi pada Mei tahun ini yang juga bulan Ramadan lebih rendah dibandingkan posisi Ramadan tahun lalu sebesar 0,39%. Begitu juga dengan inflasi pada periode yang sama di 2016. "Ini kabar yang menggembirakan dan diharapkan inflasi masih tetap terkendali pada target yang sudah ditetapkan 3,5 plus minus 1%," tutur Suhariyanto. Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai positif inflasi bulan Mei 2018 sebesar 0,21% sebagaimana dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini. Sri Mulyani menyampaikan inflasi rendah yang bertepatan dengan Bulan Suci Ramadan ini merupakan bukti keberhasilan pemerintah menjaga kestabilan harga serta daya beli masyarakat. "Ini adalah satu pencapaian, untuk total (angka inflasi) year on year juga masih 3,2%. Ini menunjukkan bahwa kita pemerintah bersama Bank Indonesia tetap menjaga agar daya beli masyarakat tak tergerus kenaikan harga," katanya di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Senin (4/6). Angka inflasi Mei sekaligus Ramadan tahun ini disebutnya juga lebih rendah dibandingkan Ramadan tahun-tahun sebelumnya. "Inflasi tentu saja kita menyambut gembira dan memasuki bulan Ramadan dan mendekati Lebaran, inflasi hanya 0,21%. Kalau kita lihat tahun sebelumnya biasanya menjelang Lebaran bisa mencapai hampir 0,5%," sebutnya. Sri Mulyani berharap target inflasi di level 3,5% plus minus 1% tahun ini bisa tercapai. Untuk itu, diperlukan stabilitas ekonomi dalam negeri di tengah gejolak ekonomi dunia. "Kita akan terus jaga prestasi ini atau kondisi ini dengan baik sehingga keseluruhan per tahunnya sesuai asumsi APBN di 3,5% plus minus 1%. Berarti stabilitas jadi sangat penting terutama saat ekonomi dunia yang semakin menghadapi ketidakpastian," lanjutnya. Wanita yang pernah menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia ini juga menyoroti inflasi dari sisi gejolak nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) yang belakangan menguat terhadap rupiah. Penguatan dolar AS sempat tembus ke level Rp 14.200. "Kita juga lihat dengan adanya gejolak dolar itu juga berpotensi tingkatkan juga inflasi, namun stabilitas dari sisi harga pangan dan papan beri kepastian dan stabilitas yang baik," tambahnya. (dtc)
Inflasi 0,21%, Harga Pangan Stabil
Selasa 05-06-2018,07:40 WIB
Editor : Redaksi Tangeks
Kategori :