Jakarta- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebut harga beras masih tinggi. Buktinya, harga beras belum beranjak ke tingkat Harga Eceran Tertinggi (HET) di bulan ini. Ini berarti target pemerintah menurunkan harga beras belum tercapai. Menurut Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), saat ini rata-rata harga beras kualitas medium nasional tercatat Rp11.650 per kilogram (kg). Sementara, HET beras medium berada di angka Rp9.450 hingga Rp10.250 per kg sesuai Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 57 Tahun 2017. Menurut Darmin, belum turunnya harga beras lantaran produksi pada panen raya pada Maret dan April tidak secerah tahun kemarin. Selain itu, ia bilang, jadwal panen raya di tahun ini agak terganggu panen bagi padi yang ditanam setelah periode tanam utama atau dipaksakan panen dua kali tahun lalu. "Situasi panen tahun ini tidak clear sepanjang tahun ini, padahal tahun lalu panen rayanya jelas, kapan betul waktu-waktu panennya," ujarnya, ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, kemarin. Ia melanjutkan, sebetulnya penurunan harga beras memang penting di saat seperti ini. Namun menurutnya, yang lebih penting adalah kemampuan serapan Perusahaaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) dalam menyerap produksi gabah kering dan beras petani. Penyerapan gabah dan beras tersebut dimaksudkan agar Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu bisa luwes melakukan intervensi jika harga beras melangit. Data Bulog per 22 Mei 2018 menunjukkan bahwa realisasi pengadaan dalam negeri Bulog mencapai 780.816 ton. Angka ini meningkat ketimbang posisi awal bulan lalu, yakni 602.204 ton. "Jadi situasinya adalah selain soal harga, buat kami yang paling penting adalah berapa serapan Bulog berhasil dilakukan. Itu sangat penting," jelasnya. Darmin sebelumnya berharap Bulog bisa menyerap beras dan gabah sebesar 1,2 juta ton hingga bulan Juni mendatang demi menurunkan harga beras yang diminta Presiden Joko Widodo kembali normal menjelang Ramadan. Namun, meski harga beras belum kunjung turun, Badan Pusat Statistik (BPS) sudah mencatat penurunan harga Gabah Kering Panen (GKP). Pada bulan April kemarin, harga GKP di tingkat petani turun sebesar 4,22 persen menjadi Rp4.556 per kg, sementara harga beras medium di penggilingan turun 4,92 persen menjadi Rp 9.221 per kg. Sebelumnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menyebut harga beras di Indonesia merupakan yang termahal ketiga di Asia. Dengan rata-rata harga sebesar US$0,79 per kilogram (kg), harga beras di Indonesia hanya lebih murah dari China dan Filipina dengan angka masing-masing US$0,96 per kg dan US$0,87 per kg. Anggota IV BPK Rizal Djalil mengatakan data itu dihimpun dari Food and Agricultural Organization (FAO), yang merupakan badan pangan di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di tahun 2017. Ia menyayangkan kondisi ini, mengingat beras adalah salah satu kebutuhan pangan utama masyarakat sehingga harganya seharusnya terjangkau. Saat ini, harga beras di Indonesia terus merangkak naik. Data Pusat Informasi Harga Pangan Nasional (PIHPS) mencatat harga beras medium per 21 Mei 2018 sebesar Rp11.700 per kg. Padahal, di periode yang sama tahun lalu, harga beras dengan kualitas yang sama dibanderol sebesar Rp11.250 per kg. Ia mengatakan sejauh ini harga beras yang ideal memang sulit diketahui karena banyak kealpaan meyangkut administrasi beras. Pertama, menyangkut data konsumsi beras. Menurutnya, selalu terdapat perbedaan data antara yang dikeluarkan oleh Badan Ketahanan Pangan (BKP) dan Badan Pusat Statistik (BPS), di mana hal ini sudah diaudit oleh BPK di tahun 2015 silam.(cnn)
Harga Beras di Indonesia Masih Mahal
Kamis 24-05-2018,07:08 WIB
Editor : Redaksi Tangeks
Kategori :