Penyakit asma yang diderita sejak lahir tak membuat Erna Cipta larut dalam penderitaan. Perempuan bergelar dokter itu kini justru berhasil berinovasi menciptakan obat dari tumbuhan. Seperti apa? SEMANGAT Erna Cipta sembuh dari penyakit asma yang telah dideritanya sejak kecil patut dijadikan contoh. Selama bertahun-tahun ia merasa tersiksa saat bernapas ketika penyakitnya kambuh. Erna menjelaskan, pertama kali berusaha menyembuhkan penyakitnya dilakukan dengan masuk ke sekolah kedokteran. “Saya ambil sekolah kedokteran untuk sehat, tapi sakit saya tidak kunjung membaik. Akhirnya saya bertekad untuk sembuh dengan cara yang alami,” ucapnya ketika ditemui Tangerang Ekspres, Kamis (26/4). Erna mengatakan, untuk menghilangkan ketergantungan terhadap obat-obatan berbahan kimia, dia mencoba menggali manfaat yang terkandung pada tanaman herbal di tahun 2003. Selanjutnya dia mencoba beralih mengonsumsi tanaman tersebut. Usahanya membuahkan hasil. Selama lima bulan rutin mengonsumsi tanaman herbal, penyakit yang dideritanya hilang dengan sendirinya. “Dengan perubahan pola hidup itu saya terapkan kepada seluruh pasien saya. Apalagi saat ini telah terdapat klinik herbal, jelas yang datang pasti pasien yang sudah tidak dapat ditangani oleh obat kimia,” ucapnya. Ia mengaku, untuk mendukung kesembuhan pasien di klinik herbal yang berlokasi Jalan Dewi Sartika, Nomor 5 Kecamatan Ciputat, Tangsel ini, ia juga menanam tumbuhan organik yang sudah dilakukannya sejak 2008. Itu dilakukan sebagai bahan asupan makanan untuk pasiennya. Bahkan ia sempat mengikutsertakan tanaman organik yang ditanamnya ke dalam sebuah pameran. Berkat pemeran tersebut, dia berhasil meningkatkan animo masyarakat untuk mengonsumsi makanan sehat. Menurutnya, antusias masyarakat mengonsumsi produk herbalnya sangat tinggi. Tercatat dia mampu menghasilkan omzet mencapai Rp58-80 juta per bulannya. “Tingginya animo masyarakat ini membuat saya ingin mengembangkannya menjadi sebuah industri. Dan dalam waktu dekat ini kami akan mendirikan kafe sehat untuk masyarakat umum,” tambahnya. Istri Fahmi Wibawa ini mengatakan, alasannya mendirikan kafe herbal adalah untuk mengajak masyarakat agar sadar pentingnya hidup sehat. Selain itu kafe herbal tersebut juga berfungsi untuk mengubah pola pikir masyarakat yang selalu berpikir makanan sehat itu harganya mahal. Di kliniknya, ada dua produk yang digemari oleh masyarakat. Antara lain jus garlik (jus bawang putih) dan kopi hijau. “Kopi hijau kita kemas dengan pengepresan dan terdapat kunyit sebagai pengawet alami. Khasiatnya untuk menurunkan hipertensi dan menurunkan berat badan. Harganya Rp 200 ribu untuk 50 gram,” pungkasnya. (mg-6)
Tak Mau Ketergantungan, Ciptakan Obat Herbal
Jumat 27-04-2018,09:52 WIB
Editor : Redaksi Tangeks
Kategori :