Kelurahan Tigaraksa Segera Luncurkan Sima Raksa

Jumat 23-02-2018,07:41 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

Seiring perkembangan teknologi, pelayanan kepada masyarakat mesti ditingkatkan. Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (Paten) saat ini masih terkesan pola lama. Implementasi pelayanan publik cenderung tak mengikuti perubahan zaman. Namun siapa sangka jika Galih Prakosa, Lurah Tigaraksa, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, memiliki ide cemerlang. Layanan berbasis gawai (gadget) telah dirancang.

Dia terinspirasi ketika Forum Lurah se-Kabupaten Tangerang melakukan studi banding terkait pelayanan publik. Setidaknya, ada dua kota di luar Provinsi Banten yang telah dikunjungi, yakni Bandung (Jawa Barat) dan Batam (Kepulauan Riau). Di Bandung misalnya, pelayanan di tingkat kelurahan sudah berbasis website (halaman informasi). Bagi Galih, hal tersebut belum cukup, harus ditingkatkan lebih dari itu.

Mantan Kasubbag Protokol Sekretariat Daerah Kabupaten Tangerang ini mencoba mencari orang yang ahli di bidang tekonologi dan dipercaya. Pun niat itu terwujud. “Saya memutuskan untuk melakukan inovasi, yakni pelayanan berbasis gadget. Dibuat dalam bentuk aplikasi, sehingga bisa di-download (diunduh) di play store (layanan konten digital milik google). Saya sudah mengajukan ke Pemkab Tangerang dan alhamdulillah disetujui,” ujar Galih saat berbincang dengan Tangerang Ekspres, Kamis (22/2).

Kehadiran aplikasi tersebut dinilai sangat memudahkan masyarakat. Galih mencetus aplikasi tersebut dengan nama Sima Raksa, akronim dari Sistem Informasi Masyarakat Tigaraksa. Berbagai menu pelayanan tingkat kelurahan tercantum di sana dan langsung terkoneksi di server milik Kelurahan Tigaraksa. Operator profesional ditugaskan untuk mengoperasikan server tersebut. Sebab semua data yang dikirm masyarakat secara otomatis masuk (ter-input).

Galih mengatakan, konsep aplikasi itu sudah final dan tinggal menunggu waktu peluncuran (launching). Jika masyarakat mengurus surat pengantar pembuatan kartu keluarga (KK) misalnya, bisa dilakukan saat santai tanpa antre lama di kantor kelurahan. Pemohon tinggal mengunduh aplikasi itu dan memilih menu layanan, kemudian memasukkan data. Operator langsung memproses data tersebut. Apabila lengkap, maka dibalas dengan Ya atau Ok.

“Tidak perlu menunggu lebih lama, bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Ke kelurahan itu tinggal mengambil saja, karena langsung diprint (dicetak) kalau sudah ada jawaban 'OK' dari kelurahan. Insya Allah mulai diterapkan pada bulan Mei mendatang, DPA (dokumen pelaksanaan anggaran)-nya sudah ada,” kata mantan Sekretaris Kelurahan Mekar Bakti, Kecamatan Panongan itu.

Pihak kelurahan akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Proyek percobaan (pilot project) layanan aplikasi itu adalah warga di kompleks perumahan. Setiap ketua RT/RW diharuskan untuk melek teknologi informasi.

Tidak pelayanan berbasis gadget. Galih juga sedang merancang konsep balai warga dalam bentuk gubuk kecil atau dikenal dalam bahasa sunda sebagai saung. Hal ini disiasati mengingat sulitnya mencari lahan di perkampungan. Untuk mendirikan balai warga, kata dia, dibutuhkan hibah. Sebab tidak dibenarkan mendirikan balai menggunakan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) diatas tanah milik perseorangan.

Khusus di kawasan perumahan tidak masalah, karena ada fasilitas umum (fasum). Jika dalam bentuk saung, selain anggaran yang dikeluarkan tergolong kecil, warga yang mengusulkan tinggal menyepakati dimana didirikan. “Apabila kemudian hari tanah itu dimanfaatkan, saung dipindah ke lokasi lain,” tandas Galih.

Ada juga hal lain yang tidak kalah penting. Yaitu membentuk kelompok wanita tani (KWT) Sejahtera Abadi. Galih menyebutkan, Kelurahan Tigaraksa memiliki potensi untuk pertanian, meskipun hanya sekitar lima hektare lahan yang tersisa dari 350 hektare luas wilayah. Sebelumnya hanya ada kelompok tani laki-laki yang disebut Kelompok Tani Lebih Mulia. Lantaran ibu-ibu dianggap berpotensi, dibentuk KWT yang terletak di Kampung Lewihalu, RT 05/04.

“KWT ini sudah berjalan lebih dari setahun dan sudah menghasilkan. Pembentukan kelompok tani ini agar lahan yang tersisa itu tidak alih fungsi, serta masyarakat memiliki kesibukan. KWT ini juga diberdayakan, misalnya kalau ada rapat atau kegiatan, saya pesan snack (makanan ringan) ke mereka. Bukan tidak bisa beli di luar, tetapi bagaimana agar KWT itu menghasilkan uang. Harganya juga sama,” tandas dia.

Sementara Ketua KWT Sejahtera Abadi Rosita menambahkan, kelompok tani tersebut beranggotakan 24 orang. Di lahan kosong itu ditanami berbagai jenis tanaman, seperti padi ketan, kacang kedelai, bawang, dan lain sebagainya. Di sana juga ada puluhan jenis tanaman obat keluarga (toga). “Kebetulan ada belasan pohon kelapa di sini, jadi kalau bikin snack itu ya tidak banyak bahan yang harus dibeli di luar. Yang sering itu adalah mengolah dodol,” kata Rosita. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait