MOTEGI-Saat merayakan kemenangan megahnya di GP Jepang bersama segenap tim Ducati di parc ferme, Andrea Dovizioso didatangi rivalnya Marc Marquez (Repsol Honda). Pembalap Spanyol itu memberikan pelukan dan mengucapkan selamat. Padahal sekira 15 menit sebelum adegan itu terjadi keduanya berduel habis-habisan seperti tidak pernah ada perkawanan di antara mereka. Puncak duel keduanya terjadi pada tiga lap terakhir. Melewati tikungan 3 di Lap 21 Marquez menyalip Dovi dari sisi dalam trek dan merebut kembali posisi terdepan. Setelah itu, tampaknya, kemenangan sudah di ada di genggaman Marquez. Namun, memasuki lap terakhir, Marquez melakukan kesalahan di Tikungan 8 yang membuatnya nyaris terlempar dari motornya. Kesalahan itulah yang membuat Dovi kembali mendekat. Memanfaatkan trek menurun menuju tikungan 11 Dovi menyerang. Manuvernya berhasil merebut kembali posisi terdepan. Marquez berusaha menyerang lagi di tikungan terakhir. Tapi posisi Dovi lebih menguntungkan karena saat keluar tikungan posisinya di depan. Dengan power Ducati yang super besar Dovi beradu sprint dengan Marquez menuju finis. Dovi menang, Marquez runner up. Kemenangan kelima Dovizioso musim ini sekaligus mengepras defisit poinnya dari Marc Marquez sebagai pimpinan klasemen menjadi 11 poin. Hasil tersebut sekaligus memastikan bahwa Marquez tidak akan lebih cepat mengamankan gelar juara dunia MotoGP 2017. Bahkan, ada peluang gelar juara bakal ditentukan di seri terakhir Valencia 12 November nanti. Kemenangan Dovizioso di Jepang juga sangat istimewa. Itulah kemenangan pertama Ducati di GP Jepang sejak 2010. Dia jugalah rider Italia pertama di atas Ducati yang menjadi kampiun di balapan kandang tim-tim pabrikan utama MotoGP sejak Loris Capirossi 2007 silam. Tak pelak kemenangan tersebut membuat garasi Ducati riuh sekaligus haru. General Manager Ducati Gigi Dall'Igna tampak melompat kegirangan sambil memeluki para kru dan mekanik di garasi. Hasil sempurna di Jepang sekaligus mengonfirmasi kekuatan Ducati di semua jenis trek. Juga di semua kondisi. Baik basah maupun kering. Dovi dan Marquez juga mengonfirmasi bahwa persaingan perebutan gelar juara dunia di akhir musim hanya akan menjadi two horse race di antara mereka. Sisa musim hanya menyisakan tiga seri lagi. Dua di antaranya bakal berlangsung back to back dua pekan mendatang. Setelah GP Jepang, sirkus MotoGP akan terbang ke Australia, tepatnya di Sirkuit Phillip Island. Di sirkuit ini Honda dan Ducati kembali bisa berduel sengit. Ducati punya kisah sukses di Australia, saat Casey Stoner masih duduk di belakang kendali Desmosedici. Empat tahun beruntun sejak 2007-2010, Stoner tak terkalahkan di atas Ducati. Stoner kemudian meneruskan dominasinya di Phillip Island dua tahun kemudian (2011-2012) bersama Honda. Dua tahun terakhir, Honda kembali berjaya dengan selalu memenangi balapan di sana. Marquez mengemas satu kemenangan di 2015, sedangkan Cal Crutchlow (LCR-Honda) kampiun tahun lalu. Karakter trek yang cepat dan mengalir memang cocok dengan dua motor tersebut. Seri berikutnya di GP Malaysia akan berlangsung 22 Oktober. Sekali lagi Sirkuit Sepang pas untuk motor-motor dengan mesin yang punya power besar. Dua trek lurus panjang yang saling berdampingan akan memanjakan rider yang mampu menggeber top speed motornya sampai mentok. Di Malaysia, hujan kemungkinan besar juga bakal ikut menentukan hasil lomba. Seri pamungkas di Valencia sebenarnya trek yang lebih pas untuk Yamaha. Namun setelah hasil buruk di Jepang, kandidat terkuat mereka Maverick Vinales yang tampil buruk di trek basah, kini sudah tertinggal jauh di klasemen pembalap. Jadi kemungkinan besar Marquez punya peluang lebih besar karena membalap di kandang. Secara keseluruhan, Honda sudah menang delapan kali di Valencia. Sementara Ducati baru dua kali. Jika hingga GP Malaysia, secara matematika belum ada satupun pembalap yang memastikan gelar juara, Marquez bisa mengandalkan seri terakhir itu untuk berpesta. Dovi, setidaknya harus finis di depan Marquez di dua seri berikutnya. Kalau bisa memang akan lebih baik. Dengan dua kali kemenangan dan Marquez selalu finis runner up, maka Dovi akan datang ke Valencia dengan tertinggal satu poin. Namun jika sebaliknya, Marquez bisa menang di Australia, peluang untuk memastikan gelar juara dunia di Sepang sangat terbuka. Marquez mengatakan, hasil GP Jepang membuktikan bahwa berbicara soal peluangnya sebagai juara dunia masih terlalu pagi. “Di Spanyol (GP Aragon orang-orang mulai mengatakan bahwa “Ok”, kejuaraan ini sudah hampir berakhir. Bagaimana bisa? Saat itu saya unggul 16 poin dan sekarang tinggal 11 poin. Sangat sulit untuk menang,” ucap Marquez dalam jumpa pers usai balapan. Rider 24 tahun itu mengaku sudah memberi semua yang dimiliki dan menggeber motornya sampai limit untuk mendapatkan hasil maksimal. “Seperti yang anda tahu, saya crash 22-23 kali sejauh ini. Itu karena saya menggeber habis-habisa motorku,” tandasnya. Dovi sendiri mengatakan, kunci suksesnya menghadapi Marquez adalah tidak pernah menyerah. Secara teknis sangat sulit melawan Marquez yang memiliki skill mumpuni plus motor yang mudah beradaptasi dengan segala kondisi trek. “Tapi seperti yang sudah saya katakan, kami tidak akan menyerah sampai akhir,” kata Dovi. (jpg)
Duel Sengit hingga Akhir
Senin 16-10-2017,04:21 WIB
Editor : Redaksi Tangeks
Kategori :