Mensos Saifullah Yusuf Ziarah ke Monumen Palagan Lengkong

Kamis 13-11-2025,22:21 WIB
Reporter : Tri Budi Sulaksono
Editor : Andi Suhandi

”Seperti pesan Daan Mogot sebelum berangkat ke Palagan, Lebih baik gugur sebagai pe­muda yang berjuang, daripada hidup panjang tanpa makna. Maka di Palagan Lengkong ini, kita tidak hanya menge­nang gugurnya para pahlawan tapi, juga meneladani dan merayakan kehidupan yang mereka berikan sepenuh hati untuk bangsa tercinta,” tutur­nya.

”Kami bukan pembangun candi, kami hanya pengangkut batu. Kami angkatan yang mes­ti musnah. Agar menjelma angkatan baru di atas pusara, kami lebih sempurna. Demi­kianlah puisi yang ditulis oleh Letnan Satu Soebianto, dite­mukan dalam secarik kertas di sakunya, saat beliau gugur di Palagan Lengkong,” tutur­nya.

Gus Ipul mengungkapkan, ada tiga nilai penting dari para pahlawan yang ia tangkap dari para putra-putri, cucu-cucu para pahlawan bangsa Indonesia. Pertama adalah kesabaran. Kesabaran untuk menunggu momentum dan kesabaran untuk mengatasi perbedaan.

Para pendiri bangsa kita ber­asal dari berbagai latar belakang, kelompok dan pe­mikiran yang berbeda-beda. Namun, mereka memiliki ke­sabaran luar biasa untuk menyatukan perbedaan itu menjadi kekuatan.

”Kalau mereka tidak sabar, barangkali tidak akan pernah bertemu dalam satu semangat kemerdekaan. Kesabaran itu­lah yang membuat mereka mampu menundukkan ego pribadi, demi cita-cita bersa­ma,” katanya.

Yang kedua adalah mereka selalu memikirkan kepenti­ngan bangsa diatas kepen­tingan kelompok. Mereka ti­dak berpikir untuk dirinya sendiri, bukan untuk kelom­poknya, bukan untuk partainya te­tapi, untuk kemerdekaan dan kemakmuran bangsa In­donesia.

Dalam proses perjuangan, ada yang maju, ada yang mun­dur, ada yang mengalah, se­muanya dilakukan agar tercip­ta titik temu untuk Indonesia. Itulah kebesaran jiwa mereka.

”Dan menariknya, setelah mereka berhasil, mereka tidak mencari kemuliaan pribadi.

Mereka kembali bekerja, mengabdi di tempat masing-masing, dengan rendah hati. Ada yang menjadi dosen, pe­ngajar, pelayan masyarakat. Tidak ada yang menonjolkan diri dengan nama besar orang tuanya,” katanya.

Yang ketiga dan mungkin yang paling menyentuh adalah para pahlawan berjuang untuk orang-orang yang tidak me­reka kenal. Mereka berkorban bukan untuk anak, saudara, atau keturunannya sendiri tetapi, untuk kita semua ge­nerasi yang bahkan belum lahir.

Mereka tidak pernah meng­hitung siapa yang akan me­nikmati hasil perjuangan me­reka. Dan kini, tugas kita melanjutkan semangat itu, berjuang bukan untuk diri sendiri, bukan untuk keluarga tetapi, untuk masa depan bang­sa. Untuk anak-anak yang kelak akan menjadi pemimpin, yang akan memakmurkan negeri ini di masa depan,” ungkapnya.

Sementara itu, Gubernur Banten Andra Soni menga­takan, kegiatan wisata sejarah merupakan upaya strategis kita bersama dalam memba­ngun nilai-nilai perjuangan dan semangat kepahlawanan, serta mengintegrasikannya ke dalam dunia pendidikan dan kebudayaan.

”Melalui kegiatan wisata se­jarah seperti ini, generasi muda dapat mengenal lebih dekat berbagai situs perjua­ngan di Provinsi Banten, an­tara lain Taman Makam Pah­lawan Taruna di Kota Tange­rang, Monumen Palagan Leng­kong di Tangsel, Banten dan berbagai situs perjuangan lainnya,” ujarnya.

Andra Soni menambahkan, semua itu merupakan sumber inspirasi dan penguatan karak­ter bangsa yang sangat ber­harga. Sebagaimana diung­kapkan oleh Bapak Prokla­mator kita, Ir. Soekarno, Bang­sa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.

”Dan Wakil Presiden pertama Re­publik Indonesia, Dr. Mo­ham­mad Hatta, juga pernah menyampaikan bahwa Pah­lawan yang setia adalah me­reka yang berkorban, bukan untuk dikenal namanya tapi, semata-mata untuk membela cita-citanya,” tambahnya. 

Andra Soni mengajak selu­ruh generasi muda untuk senantiasa melanjutkan se­mangat perjuangan para pahlawan dengan kerja dan karya nyata dalam membangun daerah dan bangsa.

Kategori :