Sejak April hingga saat ini di wilayahnya terjadi penurunan kasus DBB. "Yang banyak terpapar lebih banyak orang dewasa dan tidak ada kematian," tuturnya.
Wanita berkerudung ini mengaku, gejala DBD antara lain hari 1-3 fase demam mendadak tinggi disertai berbagai gejala yang muncul, hari 4-5 merupakan fase kritis demam turun, hari 6-7 fase penyembuhan demam kembali tinggi sebagai reaksi dari kesembuhan.
Apabila mengalami gejala tersebut segera periksakan ke puskesmas atau rumah sakit terdekat. "Kalau mengalami gejala syok yang di tandai dengan kaki, tangan dingin kulit lembab dan tampak gelisah agar segera bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan penanganan," tambahnya.
Menurutnya, DBD merupakan kasus penyakit yang dapat dicegah serta dikendalikan dan Kota Tangsel merupakan daerah endemis DBD. Dinyatakan endemis karena dalam 3 tahun terakhir selalu melaporkan kejadian Kasus DBD.
Ada beberapa upaya pengendalian DBD di Kota Tangsel, yaitu pencegahan dan pemutusan matarantai penularan. Untuk pencegahan Dinas Kesehatan sudah melakukan upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3 M plus dengan program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik.
"Sedangkan untuk pemutusan mata rantai penularan dengan cara melakukan penyemprotan fogging untuk wilayah yang terjadi penularan kasus DBD berdasarkan penyelidikan epidemiologi (PE) yang dilakukan oleh petugas puskesmas di bantu dengan koordinator jumantik di tiap-tiap wilayah," terangnya.
Wanita berkerudung mengajak seluruh masyarakat untuk mengantisipasi atau mengendalikan DBD dengan melakukan upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3 M plus.
"Diantaranya dengan menguras, menutup dan mendaur ulang, serta menghindari gigitan nyamuk dan partisipasi masyarakat dalam Gerakan 1 rumah 1 jumantik (G1R1J) dirumahnya masing-masing minimal 1 minggu sekali," tutupnya. (*)