TangerangEkspres.co.id - Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Pemkot Tangsel) melalui Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) melaksanan Pra Rembug Stunting untuk menekan prevalensi hingga sesuai target yang dicanangkan.
Pra Rembug Stunting yang turut melibatkan seluruh stakeholder dan elemen masyarakat ini berlangsung di Puspemkot Tangsel, Kamis (20/7/2023).
Kepala Bappelitbangda Kota Tangsel, Eki Herdiana menuturkan, kegiatan ini menjadi perjalanan awal dalam penyusunan formulasi dan strategi penurunan angka stunting hingga sesuai target yang dicanangkan pada tahun ini hingga 2024 mendatang.
Agar strategi dan langkah-langkah yang ditempuh dapat berjalan lebih matang. Setelah ini, baru akan dilaksanakan kegiatan lanjutan, yakni Rembug Stunting.
"Kami ingin memastikan, program dan kegiatan di tahun berjalan 2023 berjalan dengan baik. Kami ingin seluruh perangkat daerah terkait penurunan angka stunting ini dapat memberikan paparan ke kami. Supaya dalam melaksanakan program kita dapat tepat sasaran dan terukur," ujar Eki.
Eki memaparkan, setelah berhasil menurunkan angka stunting dari 19,9 menjadi 9 persen, pihaknya masih berkomitmen untuk terus melanjutkannya.
"Tahun ini turun 2 persen menjadi 7 persen dan 2024 menjadi 6 persen. Walaupun jika sesuai dokumen RPJMD target kita sudah jauh terlampaui. Karena target kita 14 persen sesuai target nasional," katanya.
Pada forum Pra Rembug Stunting tersebut, Eki mewanti-wanti agar tidak terlena dengan keberhasilannya di tahun lalu.
"Itu hasil kerja keras kita, pasti ada harapan bagi mereka yang mau berusaha. Jika dibandingkan Kabupaten Kota lain kita nomor satu. Tapi jangan berbangga hati dulu. Ini justru saya melihatnya sebagai tantangan. Tantangan kita semua bagaimana menurunkan angka stunting lebih rendah lagi," tegasnya.
Sebab menurutnya untuk menurunkan angka prevalensi yang kini sudah terbilang rendah, tidak semuda membalikkan telapak tangan. Namun justru diperlukan usaha yang berkali-kali lipat lebih besar.
"Menurunkan angka 2 persen dibandingkan 10,9 persen itu memerlukan effort yang sangat luar biasa. Apalagi kalau posisi sudah di atas. Saat ini angka prevalensi kita 9 persen, saya pastikan menurunkan angka 2 persen itu sangat luar biasa. Harus memerlukan usaha yang maksimal dari kita," ungkapnya.
Untuk itu, lanjut Eki, maka digelarlah kegiatan Pra Rembug ini agar program yang nantinya akan dijalankan dapat terlaksana dengan baik dan tentunya tepat sasaran.
"Hari ini kita berkumpul. Hari ini karena tantangannya besar maka kami berinisiatif untuk sebelumnya melakukan Pra Rembug, karena kita butuh effort yang luar biasa. Mari kita deklarasikan komitmen kita bersama, sinergi kita semua untuk menurunkan angka stunting. Saya yakin dan percaya, bahwa selalu ada harapan bagi kita yang mau berusaha untuk menurunkan angka stunting," ujar Eki.
Senada dengannya, Wakil Ketua Fraksi Gerindra-PAN Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Tangsel, Abdul Rahman mengungkapkan, penurunan angka stunting harus menjadi prioritas.
"Sebab stunting ini lebih berbahaya permanen. Kalau Covid ada pandemi, ada endemi, lalu selesai. Tapi kalau stunting kita salah penanganan, ini luar biasa. Bisa berdampak terus menerus," ungkapnya.
Ia pun mengapresiasi upaya yang telah dilakukan oleh Pemkot Tangsel dan seluruh elemen masyarakat atas keberhasilannya menurunkan angka prevalensi saat ini menjadi 9 persen.
"Alhamdulillah Tangsel berhasil. Namun kita gak boleh berbangga. Banyak persoalan akibat stunting, keterlambatan mental, terus juga produktivitas, daya tangkap anak, dan penyakit kronis yang ditimbulkan," tutur pria yang juga disapa Arnofi tersebut.
Upaya ini, lanjut Arnofi, harus dilakukan oleh semua pihak. Bukan hanya menjadi tanggungjawab pemerintah saja, namun juga seluruh elemen masyarakat.
Untuk itu Ia mengimbau agar pemerintah dapat memenuhi segala kebutuhan sarana prasarana kesehatan, mulai dari tingkat Posyandu.
"Karena USG, timbang, jangan sampai Posyandu yang ada cuma komputer sama bangku dan alat hipertensi. Harus dilengkapi perawatannya. Ada undang-undang yang mengatur. Semester satu anggaran non fisik yang disediakan Pemerintah Pusat untuk penanganan stunting itu mencapai Rp17 triliun lebih. Baru terserap 15,8. Belikan saja alat yang lengkap," pungkasnya. (*)