KEINGINAN meraih juara dunia yang telah dua musim gagal diwujudkan Ducati terus diupayakan agar tercapai musim 2020. Untuk itulah Ducati terus mengembangkan motor Desmosedici GP20 agar semakin setara dengan dua kekuatan laten MotoGP Honda dan Yamaha. Manajer Tim Mission Winnow Ducati, Gigi Dall’Igna, mengakui pengembangan motor Desmosedici GP20 sedikit terinspirasi dari tim-tim lainnya. Namun, Dall’Igna memastikan tim pabrikan asal Italia itu tidak mencontek pengembangan yang dilakukan oleh kedua pesaingnya tersebut. Motor Desmosedici GP19 memang memiliki keunggulan dibanding lawan, yakni kecepatan puncak dan tenaga mesin besar. Akan tetapi, motor berkelir merah itu kerap dikeluhkan oleh Danilo Petrucci dan Andrea Dovizioso karena kurang lincah ketika diajak menikung. Untuk itu, Gigi Dall’Igna menyebut kecepatan dan mesin bukan lagi tujuan utama pengembangan motor Desmosedici GP20. Pria berkebangsaan Italia itu mengakui, Ducati terinspirasi dan mempelajari tim-tim lain dalam mengembangkan kuda besi anyarnya, tetapi tidak menyontek. “Kami juga mempelajari tim-tim lain. Kami tidak menyontek, tetapi terinspirasi dari mereka. Soal ini saya agak sedikit sulit mengatakannya. Mungkin ada beberapa aspek yang kami ambil dari Honda, sedangkan aspek lain dari Yamaha,” papar Gigi Dall’Igna, sebagaimana diwartakan Motorsport Total, Rabu (15/1/2020). “Kami selalu berusaha memahami pengembangan yang mereka lakukan dan mengambil ide dari sana. Itu adalah proses yang berlangsung konstan. Pada akhirnya, sebuah keputusan harus diambil soal bagian mana yang diimplementasi, mana yang tidak,” tandasnya. Ducati Corse berkesempatan memamerkan hasil pengembangan terbaru itu pada Tes Pramusim MotoGP 2020 di Sirkuit Internasional Sepang, Malaysia, pada 7-9 Februari. Sirkuit yang terletak di pinggiran Kuala Lumpur itu dianggap memiliki layout yang ideal untuk motor Ducati. Sementara itu Danilo Petrucci juga bertekad yang sama dengan Dall’Igna untuk bisa mengalahkan dua kompetitornya terutama pebalap Honda Marc Marquez. Bahkan Petrucci mencari ilmu untuk mengalahkan Hinda dengan berguru kepada kepada Kenny Roberts, juara dunia balap motor tiga tahun beruntun, yakni pada 1978, 1979, dan 1980. Dari perbincangannya itu Petrucci menemukan sebuah jawaban. Dari analisisnya, Marquez berhasil menjadi juara dunia MotoGP karena menyatu dengan motor. "Saya sudah banyak berbicara dnegan Kenny Roberts. Dia orang pertama yang menyentuh tanah dengan lutut. Marquez sama seperti dia. Mereka benar-benar mengubah cara mengendarai motor," kata Petrucci, seperti dikutip dari Crash. "Yang pasti, tubuhnya selalu dekat dengan tanah bila dibandingkan pembalap lain. Ketika hampir crash, mereka mampu menyelamatkan diri karena sudah menjadi satu bagian dengan motor," ujar rider MotoGP asal Italia tersebut, menambahkan. Lebih lanjut, Petrucci mengatakan, Marquez menjadi musuh besar bagi Ducati. Dalam dua musim terakhir, Marquez selalu menggagalkan usaha rider Ducati, Andrea Dovizioso menjadi juara dunia. "Pada tahun lalu (2019), dia mampu bertarung sendirian melawan saya dan Andrea Dovizioso untuk gelar tim," kata Petrucci. Pada 2019, Ducati hanya meraih tiga kemenangan, sangat berbeda dengan 2017, di mana mereka meraih enam kemenangan, serta 2018 saat mereka meraup tujuh kemenangan. "Marquez selalu menggerakkan batas ke depan. Sialnya, kita baru sadar kalau dia sedang mengubah era sepeda motor," ujar pria berusia 29 tahun itu mengakhiri. (apw/mgp)
Jelang MotoGP 2020, Ducati Intip Honda & Yamaha
Kamis 16-01-2020,03:29 WIB
Editor : Redaksi Tangeks
Kategori :