JAKARTA-Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Jakarta mengunggah peringatan dini cuaca ekstrem yang akan terjadi di Jabodetabek pada 12 Januari mendatang. Warga AS di Jakarta dan seluruh Indonesia diimbau untuk mengantisipasi potensi bahaya seperti kilat, angin kencang, dan kemungkinan banjir, longsor maupun pemadaman listrik. Menanggapi postingannya tersebut, Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) BPPT Tri Handoko Seto meminta masyarakat Jabodetabek agar tetap tenang. Memang, sejak beberapa hari lalu BMKG memperkirakan bahwa tanggal 11 Januari akan terjadi hujan yang sangat deras di daerah sekitar Ibu Kota. Curah hujan Jabodetabek diperkirakan rata-rata sekitar 50-100 mm. ”Namun, tidak akan selebat hujan yang terjadi 31 Desember 2019 sampai 1 Januari lalu. Meski begitu, prediksi hujan tersebut berpotensi mengakibatkan genangan dan banjir di sejumlah titik,” kata Seto. Menyikapi perkembangan perkiraan cuaca tersebut, tim TMC BPPT bersama BNPB, TNI AU, dan BMKG akan melakukan operasi teknologi modifikasi cuaca 24 jam selama tanggal 10-13 Januari mendatang. Meski demikian, Seto menyadari terbang malam untuk operasi TMC berisiko sangat tinggi. ”Menyemai awan malam hari sungguh tidak mudah. Terutama soal jarak pandang dalam menentukan target tabur. Oleh karena itu kami minta Tim TMC tetap bekerja secara profesional dengan kewaspadan ekstra,” terang Seto. Dengan masih adanya potensi hujan lebat itu, Wapres Ma'ruf Amin mengatakan BNPB sidah menyampaikan informasi dan prakirakan kepada jajaran terkait. Supaya semua pihak bisa mengantisipasi dampak hujan lebat. Baik itu banjir, tanah longsor, dan lainnya. "Jadi tinggal supaya nanti risiko yang terjadi bisa diminimalkan," katanya di Istana Wakil Presiden kemarin. Ma'ruf menyampaikan seluruh pihak terkait sekarang sebaiknya bersiap menghadapi kemungkinan-kemungkinan bencana akibat hujan lebat. Koordinasi dengan BNPB harus terus dilakukan. Ma'ruf mengatakan pemerintah pusat sudah bersiap untuk menanggapi terjadinya banjir atau longsor. Sementara itu, analisis BMKG menyebutkan bahwa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih berpotensi terjadi. Hasil analisis dinamika atmosfer menunjukkan aktivitas monsun Asia masih signifikan, ditambah lagi gelombang atmosfer (MJO) masih aktif di wilayah Indonesia. Deputi bidang Meteorologi BMKG Mulyono R Prabowo mengungkapkan, kondisi-kondisi di atas turun membentuk pola konvergensi angin yang memanjang mulai dari Banten bagian utara hingga Nusa Tenggara sebagai akibat dari adanya pusat tekanan rendah di Barat Laut Australia dan Bibit Siklon Tropis di sekitar Teluk Carpentaria Australia. ”Ada potensi yang cukup signifikan meningkatnya pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia termasuk wilayah Jabodetabek,” kata Prabowo kemarin. Potensi hujan lebat diperkirakan terjadi mulai tanggal 8 hingga 12 Januari 2020. Pada tanggal 9 hingga 10, ada kemungkinan untuk disertai angin kencang serta kilat dan petir. “Intensitas hujan dapat menurun pada pagi menjelang siang hari, dan berpeluang kembali meningkat pada sore menjelang malam,” jelas Prabowo. Sementara pada tanggal 11 hingga 12 Januari 2020, kondisi hujan di Jabodetabek malah relatif berkurang dibandingkan dengan periode tanggal sebelumnya. Kesimpulannya, kata Prabowo, memang hujan dengan intensitas sedang-lebat masih berpotensi terjadi di wilayah Jabodetabek pada periode 09-12 Januari 2020. “Namun tidak se-ekstrem hujan yang terjadi pada tanggal 1 Januari 2020,” jelasnya.(wan/han/tau)
Hujan Tak Selebat 1 Januari
Kamis 09-01-2020,07:02 WIB
Editor : Redaksi Tangeks
Kategori :