Nadiem Minta Dipanggil ‘Mas’

Jumat 25-10-2019,08:31 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

Lingkungan di kementerian dan perusahaan tentu berbeda. Nadiem Makarim ternyata belum bisa move on. Ia merasa masih bekerja di perusahaan. Menjadi bos Go-jek. Padahal, sejak dilantik menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim harus menjadi 'bos' di kementerian yang semua anak buahnya adalah pegawai pemerintahan yang terbiasa dengan norma pegawai. Nadiem masih canggung dengan lingkungan barunya ini. Ia mengaku masih belajar jadi menteri. Belum terbiasa diikuti ajudan dan dipanggil "bapak". ”Pas keluar mobil di kantor Kemendikbud baru sadar (ada pria yang mengikuti). Saya tanya, bapak siapa ya? Dia jawab, saya ajudan bapak,” beber mantan bos Go-jek itu yang kemudian membuat seisi ruang Graha Utama Kemendikbud tertawa. Nadiem juga masih menyesuaikan dengan kebiasaan protokoler kementerian. Maklum, dia bukan berlatar belakang seorang birokrat.  Menteri 35 tahun itu juga agak merasa sungkan. Sebab, kebanyakan pejabat Kemendikbud berusia lebih tua dari dirinya. Tak ayal, Nadiem enggan disapa bapak. ”Jangan panggil bapak. Cukup panggil mas saja,” katanya. Sejumlah rektor memberikan respons positif atas penunjukan Nadiem oleh Presiden Joko Widodo. Diantaranya disampaikan Rektor Universitas Negeri Semarang Fathur Rokhman. Secara umum, dia menaruh harapan besar kepada sosok Nadiem. "Dengan sosoknya yang muda, lulusan luar negeri, dan berpengalaman menjadi CEO, saya berharap akan memajukan dunia pendidikan Indonesia di era disrupsi teknologi," ucapnya kemarin (24/10). Meski, memang mengurus pendidikan tanah air tidak mudah. Banyak tantangan dan pekerjaan rumah. Apalagi, saat ini tata kelola pendidikan dasar menengah dan pendidikan tinggi diurus satu kementerian. Tentu, cakupannya semakin luas dan masalahnya semakin kompleks. Selain itu, dengan terpilihnya Nadiem, Fathur ingin adanya pendidikan berbasis kompetensi yang memiliki link and match dengan dunia industri. Menghasilkan lulusan yang terampil dan siap kerja. Baik SMK maupun perguruan tinggi politeknik. Kemudian, masalah pendidikan karakter. Patuh kepada orang tua, taat beribadah sesuai agama masing-masing, hingga disiplin. Belum lagi masalah guru. "Baik itu terkait pengembangan kualitas guru maupun isu guru honorer yang harus segera dituntaskan," terang Fathur. Sebagai pimpinan Lembaga Pendidikan Tinggi Keguruan (LPTK), untuk mendukung kualitas guru masa depan, dia ingin ada peningkatan mutu pendidikian tinggi. "Tidak hanya soal fasilitas dan laboratorium. Tapi juga pengembangan sumber daya manusianya, dosen dan tenaga didiknya," bebernya. Sementara itu, Rektor Universitas Terbuka (UT) Ojat Darojat berharap Nadiem dapat melanjutkan program strategis Menristekdikti Muhamad Nasir. Diantaranya adalah terkait pentingnya penyelenggaraan pendidikan jarak jauh. ”Khususnya pembelajaran dalam jaringan atau online,” katanya. Menurut Ojat layanan pendidikan jarak jauh dan berbasis online itu bisa memberikan akses pendidikan yang luas dan jaminan mutu. Dia berharap masyarakat dimanapun berada tidak lagi mengalami kendala dalam mendapatkan pendidikan dari aspek biaya, ruang, dan waktu. Kemudian Ojat mengomentari soal pidahnya kembali bidang dikti ke Kemendikbud. Menurut dia pemindahan ini langkah yang tepat. Sebab bisa membangun ekosistem pendidikan yang terpadu, strategis, dan komperhensif dalam satu kementerian. Penggabungan ini juga tepat dari aspek efisiensi dan efektivitas dalam bekerjar. ”Kembalinya dikti ke Kemendikbud mendukung terciptanya ke8rangka kebijakan pendidikan yang tepadu dan utuh. Sejak pendidikan usia dini sampai pendidikan tinggi,” paparnya. Di bagian lain, dalam acara pisah sambut Menteri Kesehatan tadi malam (24/10), Nila Moeloek mengaku dirinya sudah bebas dan bisa berbicara sepuas-puasnya. Dia juga bersyukur saat ini sudah bisa menghabiskan lebih banyak waktu suaminya, Menteri Kesehatan era Soeharto, Farid Anfasa Moeloek. "Alhamdulillah, saya sekarang bisa makan pagi dan makan siang lagi bersama Pak Moeloek," ungkapnya. Nila juga secara khusus menyampaikan rasa terima kasih pada suaminya tersebut yang disebutnya sudah sangat sabar karena sering ditinggalkannya mengurus berbagai tugas di Kemenkes. "Terima kasih karena saya pernah dikunci pak Moeloek sampai nggak bisa masuk kamar ya. Tapi mungkin biar aman dikunci. Bukan biar saya tidak bisa masuk," seloroh Nila disambut tawa hadirin. Kepada Menteri Baru, Terawan Agus Putranto ia mengucapkan selamat bertugas dan menitipkan banyak hal. Termasuk minta maaf karena ia sering membawa serta cucu cucunya untuk bermain di ruang kerja menteri. "Maaf pak menteri ya jadi kotor. Tapi sekarang sudah dibersihkan kok," katanya. Nila menyebut Kemenkes adalah Kementerian sarat tantangan. Dengan Tanggung jawab besar mewujudkan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Mengendalikan penyakit, memperkuat layanan kesehatan, mendistribusikan tenaga kesehatan hingga ke seluruh penjuru negeri. Paling berkesan baginya saat melepas dokter-dokter dan perawat ke daerah pedalaman dan terluar yang sulit san berbahaya. "Saya ikut gemetar saat mereka melepas beret. Sama dengan melepas anak saya sendiri. Tapi saya kagum atas semangat anak anak muda ini," jelasnya. Menkes Terawan memulai perkenalan dengan menyebut dirinya sebagai dokter serdadu bagi anggota TNI. Pria berpangkat akhir Letnan Jenderal tersebut mengaku, meski seorang dokter, sedikit kaget setelah berhenti jadi tentara kemudian memegang jabatan menteri. "Padahal setelah pensiun TNI saya sering ngelamun. Kaget setelah lepas dari kehidupan prajurit," Secara khusus, ia menyampaikan pesan Presiden Joko Widodo menitipkan 2 isu besar untuk diselesaikannya. Yakni urusan stunting dan persoalan BPJS alias JKN "Alhamdulillah, selama 5 tahun sudah bisa ditekan oleh bu Nila. Ini capaian luar biasa," jelasnya. Selain itu, Terawan menyebut Presiden juga menitipkan persoalan harga obat dan alat kesehatan yang terlampau tinggi. "Ibu Nila sudah merintis dengan produksi bahan baku obat. 15 bahan baku obat. Fokus perhatian kita bersama untuk segera diupayakan solusinya," katanya. Ia berjanji mencarikan solusi untuk tekornya BPJS karena membayari masyarakat yang sakit. Ini menurutnya jadi bukti bahwa JKN masih dibutuhkan masyarakat. (jpg)

Tags :
Kategori :

Terkait