Usaha Sablon Potensi Lapangan Kerja di Desa Patrasana

Jumat 18-10-2019,06:17 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

KRESEK – Kemandirian dan perjuangan salah seorang pemuda di Desa Patrasana, Kecamatan Kresek, tak diragukan lagi. Ia adalah Yulian Budiana, warga Kampung Soge, RT 02/01. Ia menggeluti usaha percetakan atau sablon sejak 2018. Meski terbilang baru menjalani usahanya, ia sudah mampu meraup omzet hingga Rp12 juta per bulan. Pemutusan hubungan kerja (PHK) menjadi bencana bagi sebagian orang. Tapi hal itu tidak bagi pria yang akrab disapa Iyan. Setelah di PHK, anak pertama dari pasangan Saeman dan Sari, ini memilih membuka usaha dibandingkan mencari pekerjaan lagi ke perusahaan lain. Pada pertengahan 2018, perusahaan Iyan bekerja mengalami bangkrut. Dengan begitu, ia memanfaatkan sebagian uang pesangon untuk membuka usaha konveksi dan sablon. “Alhamdulillah, usaha konveksi dan sablon dapat berjalan sampai sekarang,” kata Iyan, kepada Tangerang Ekspres, disela kesibukannya, Kamis (17/10). Iyan mengatakan, alasan membuka usaha konveksi dan sablon karena dia memiliki kemampuan di bidang itu. Di tambah lagi, peluang usaha tersebut begitu menjanjikan di wilayahnya. Sebab, belum banyak tempat konveksi dan sablon. Iyan menuturkan, modal yang dimilkinya digunakan untuk membuat meja sablon, cat, alat cetak, mesin press dan perlengkapan sablon yang lain. “Kendala di awal usaha, pasti kesulitan dipemasaran karena belum dikenal orang-orang. Jadi produksi kaos juga belum banyak,” kenangnya. “Bahan kaos saya yang belanja, jahit dan potong di tempat teman,” tambahnya. Sekarang, Iyan bersyukur dapat memproduki kaos sekaligus sablon kisaran 200 sampai 400 kaos per bulan. Orderannya datang dari sekolah-sekolah di kecamatan Kresek, Kronjo, Balaraja, Gunung Kaler. Dan, orderan datang dari sejumlah komunitas motor dan futsal. “Komunitas biasa pesanan kaos sekaligus disablon untuk acara kumpulan dan perayaan,” jelasnya. Ditanya wartawan harga kaos sekaligus sablon, Iyan mengatakan menarif harga mulai Rp45 ribu sampai Rp80 ribu. “Perbedaan harga tergantung jenis bahan kaos dan cat yang digunakan untuk sablon,” jelasnya. Eka, Staf Desa Patrasana mengatakan, kegigihan Iyan menjalankan usaha konveksi dan sablon dapat dicontoh pemuda lain di Desa Patrasana. “Jadi, pemuda leih dapat bekarya dan berusaha dibandingkan kumpul-kumpul yang tanpa manfaat,” ucapnya. Ia menyebutkan, apabila orderan produk kaos sekaligus sablon milik Iyan sudah banyak. Diharapkan, Iyan dapat membuka lapangan pekerjaan bagi pemuda di desanya. “Kalau orderan kaos sudah ribuan per bulan, pasti Iyan kewalahan ngerjain sendirian. Saat ini karena orderan tidak banyak, jadi masih bisa dikerjakan sendiri,” pungkanya. (zky/mas)

Tags :
Kategori :

Terkait