Anak Muda Sepatan Timur Bangkitkan Sedekah Bumi

Senin 30-09-2019,07:52 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

Buah, sayur dan hasil bumi lainnya di pajang di depan panggung. Warga boleh mengambil sesukanya. Pemandangan ini tersaji saat sedekah bumi Desa Gempol Sari, Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang. Luar biasanya, anak-anak muda yang menggelar acara ini. Zakky Adnan-Sepatan Timur Pawai buah dan sayur sangat meriah. Anak-anak muda menggotong tandu yang berisi berbagai macam buah dan sayur dari hasil panen sendiri. Seperti durian, apel, pisang, terong, sawi, bayam, kacang panjang, cabai, wortel, blimbing dan padi. Juga dikombinasikan dengan buah lainya yang dibeli di pasar. Setiap kampung membawa satu tandu. Tandu-tandu itu lantas dijajarkan di depan panggung di Kampung Dato RT 04/03, Desa Gempol Sari, Kecamatan Sepatan Timur, Sabtu (29/9), yang menjadi pusat perayaan. Setelah Mulyadi, Camat Sepatan Timur memberi aba-aba, ratusan warga yang berkumpul spontan menyerbu tandu tersebut. Mereka mengambil buah dan sayur yang disukai. Sorak sorai membahana. Teriakan kegembiraan menggema. Mereka bersuka cita, setelah panen. Sedekah bumi atau ruwatan ini, sebagai simbol ucapan terima kasih kepada Allah SWT, atas berkah dan kemurahanya, sehingga warga bisa panen. Tradisi ini warisan leluhur. Hampir punah. Di tangan Rohiman, tradisi ini kembali dibangkitkan. Rohiman, ketua panitia pelaksana mengaku bersyukur kepada Allah SWT sehingga acara ruwatan bumi terselenggara hasil kerja sama masyarakat dan para pemuda di Desa Gempol Sari, Kecamatan Sepatan Timur. “Alhamdulillah, acara ini terlaksana dengan baik. Bahkan antusias masyarakat cukup tinggi dalam acara kali ini,” ucap pria yang akrab disapa Imang. Dikatakan Imang, ruwatan bumi itu adalah kegiatan pertama yang dilaksanakannya. Sebelum itu, kata Imang, pernah ada acara ruwatan bumi, tapi tidak seramai sekarang. “Ke depan, saya ingin acara ini semakin meriah lagi. Lebih bagus lagi dari acara yang sekarang ini,” harapannya. Mulyadi, Camat Sepatan Timur yang menghadiri acara itu, mengapresiasi inisiatif masyarakat yang berusaha tidak melupakan tradisi leluhurnya. Ruwatan bumi atau sedekah bumi, nyaris punah pada era modern yang serba canggih. Mulyadi menyebutkan, melalui tradisi itu diharapkan petani semakin bersemangat untuk berinovasi dalam meningkatkan produksi dan kualitas hasil pertanian maupun perkebunan seperti padi, sayur dan buah. Di samping itu, ia menginginkan warga semakin gemar memakan sayur dan buah. Senada dengan Mulyadi, Kapolsek Sepatan AKP Gusti Moch Sugiarto, mengatakan, ruwat bumi atau sedekah bumi adalah salah satu budaya yang harus dilestraikan. “Karena, saya sejak kecil sampai saat ini belum tahu yang namanya ruwat bumi bagaimana. Nah, baru di sini saya menjadi tahu ruwat bumi,” tuturnya di lokasi acara. Lebih lanjut, kata Gusti, mengingat ruwatan bumi merupakan budaya asli Indonesia. “Dan, ruwatan bumi adalah sebagai wujud rasa syukur Allh SWT. Jadi, bukan musrik,” ucapnya. Acara ruwatan bumi semakin meriah saat puluhan masyarakat perebutan berbagai jenis sayur dan buah yang ditempatkan di depan panggung. Warga diperbolehkan mengambil sejumlah hasil bumi itu setelah Camat, Kapolsek dan Danramil memukul gong yang disediakan panitia. (zky)

Tags :
Kategori :

Terkait