PT Pertamina (Persero) mencatatkan laba bersih sebesar USD677 juta atau setara Rp9,59 triliun sepanjang kuartal pertama 2019. Direktur Keuangan Pertamina Pahala Mansyuri mengatakan capaian tersebut terbilang bagus dibanding periode yang sama tahun lalu. Pahala bilang tahun lalu laba sangat dipengaruhi oleh kondisi harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP), serta volatilitas nilai tukar. "Bagus, terutama (dibanding) tahun lalu, karena tahun lalu ada pergerakan ICP dan valuta asing. Rupiah terhadap USD bergerak signifikan. Dua faktor itu mempengaruhi stabilitas kita," kata Pahala, Kamis (27/6) .
Mantan Direktur Utama Garuda Indonesia itu mengatakan perbaikan laba di kuartal satu tahun ini dipengaruhi oleh sisi kinerja hilir yang membaik dan juga perkembangan di sisi produksi yang meningkat. Selain itu, karena pergerakan nilai tukar uang membaik juga memengaruhi keuangan perseroan. Kemudian kebijakan untuk meningkatkan penggunaan minyak mentah dari domestik berhasil membuat penghematan terhadap impor yang selama ini dilakukan. "Dan mengurangi impor produk BBM khususnya avtur dan solar. Jadi hal ini secara makro membaik, di hulu kita juga membaik karena kita mengurangi impor avtur dan solar kita," jelas Pahala. Sebelumnya, dalam laporan keuangan Pertamina tahun lalu tercatat laba bersih perseroaan sepanjang 2018 sebesar USD2,53 miliar atau setara Rp35,99 triliun. Jumlah tersebut mengalami penurunan dari 2017 lalu yang sebesar USD2,54 miliar. "Kita mendapatkan persetujuan laporan keuangan 2018, dan berhasil catatkan laba Rp35,99 triliun atau USD2,53 miliar," ujar Pahala. (med)Laba Pertamina Rp9,59 Triliun
Jumat 28-06-2019,05:50 WIB
Editor : Redaksi Tangeks
Kategori :