SINGAPURA-Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu menyatakan bahwa Indonesia bisa saja menutup wilayah perbatasannya dengan Filipina. Hal itu demi mencegah kelompok militan bersenjata di sebelah selatan Filipina yang terafiliasi dengan Islamic State in Iraq and Syria (ISIS) masuk ke Indonesia. Ryamizard menyatakan hal itu dalam diskusi panel tentang keamanan regional di Singapura, Minggu (4/6). “Kami harus mencegah dan melindungi perbatasan kami. Kami bisa menutup perbatasan untuk memastikan para militan tidak bergerak ke area lain,” ujarnya. Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KASAD) itu memperkirakan jumlah simpatisan ISIS di Asia Tenggara mencapai 200 ribu orang. Angka itu merujuk pada laporan intelijen. Ryamizard menegaskan, jumlah itu telah membuat dunia kewalahan dan ketakutan kepada kelompok teroris. Menurut pensiunan jenderal itu, Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim mencapai lebih dari 200juta jiwa menjadi target utama bagi penyebaran ideologi radikal yang dianut ISIS. Namun, Ryamizrad juga mengatakan bahwa survei dua tahun lalu menunjukkan 96 persen rakyat Indonesia menolak ISIS. Hanya saja, angka empat persen sisanya yang masih ragu-ragu tetap menimbulkan persoalan karena setara dengan delapan juta orang. Karenanya Ryamizard menegaskan hal itu menjadi bukti bahwa upaya untuk mengalahkan kelompok ekstrim membutuhkan pendekatan yang melibatkan masyarakat, temasuk memenangkan hati dan pikiran warga. “Tindakan fisik menggunakan senjata dan kekerasan hanya akan berkontribusi satu persen dalam upaya memecahkan akar masalah terorisme,” sebutnya. Ryamizrad juga menekankan pentingnya sharing informasi intelijen untuk memerangi terorisme. Ryamizard telah bertemu dengan agen-agen intelijen dari Singapura yang memasoknya informasi tentang terduga teroris termasuk tempat tinggal mereka. "Harapannya dalam waktu singkat kami bisa mengungkap jaringan ini,” katanya. Sementara itu, Direktorat Jenderal (Ditjen) Imigrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) memastikan 16 warga negara Indonesia (WNI) yang terjebak di Marawi, Filipina sedang dalam rangka tablig. Karenanya ke-16 WNI yang telah dievakuasi itu tidak ada kaitannya dengan konflik bersenjata di Marawi. “Tablig akbar saja. Mereka masuk melalui pintu resmi. Kemudian, izin dari tentara dan polisi Filipina ada, dan saya ada buktinya," kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat (Kabag Humas) dan Umum Ditjen Imigrasi Kemenkumham Agung Sampurno, Minggu (4/6) di Jakarta. Menurut Agung, keberadaan 16 WNI itu di Marawi juga dipantau oleh kapten barangay atau pejabat setingkat lurah. Bahkan, kapten barangay itu pula yang memberi izin kepada 16 WNI tersebut untuk melakukan tablig. "Dialah yang memberikan izin si jemaah tablig ini untuk tinggal di Masjid Abu Bakar Assiddiq di wilayah situ," kata Agung. Saat konflik terjadi di Marawi, ke-16 WNI ini diselamatkan Yusuf. Ternyata, Yusuf merupakan WNI yang menikahi warga Filipina. Yusuf kemudian membawa 16 WNI itu ke tempat aman. Akhirnya, dengan kerja sama Indonesia-Filipina, 16 WNI itu diboyong ke tanah air. Mereka tiba di Terminal II D Bandar Udara (Bandara) Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Sabtu (3/6) malam.(jpnn)
Cegah ISIS, Tutup Perbatasan Filipina
Senin 05-06-2017,06:05 WIB
Editor : Redaksi Tangeks
Kategori :