PT Bank Bukopin Tbk mencatatkan laba bersih sebesar Rp 190 miliar pada 2018 atau meningkat 40 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara laba sebelum pajak tumbuh 78 persen menjadi Rp 216 miliar dibandingkan dengan realisasi pada tahun sebelumnya.
Direktur Keuangan dan Perencanaan Bank Bukopin M Rachmat Kaimuddin mengatakan sepanjang tahun lalu perusahaan fokus memperbaiki rasio kecukupan modal, kualitas kredit dan mengelola biaya overhead.
“Pada 2018 perusahaan berkonsentrasi menyiapkan fondasi yang kokoh untuk memacu pertumbuhan berkelanjutan di tahun-tahun berikutnya,” ujarnya.
Pada periode tersebut, realisasi penyaluran kredit Bank Bukopin mencapai Rp 66,44 triliun dan mobilisasi Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp 76,15 triliun. Dengan kinerja tersebut, aset perusahaan per 31 Desember 2018 tercatat sebesar Rp 95,64 triliun.
“Kinerja kami semakin membaik dibandingkan periode sebelumnya. Peningkatan kinerja perusahaan pada periode tersebut didorong oleh perbaikan kualitas kredit, serta penurunan biaya dana dan biaya overhead,” ucapnya.
Di sisi internal, pada 2018 Bank Bukopin telah melakukan revitalisasi segmentasi bisnis, penyempurnaan struktur organisasi dan bisnis proses untuk menjaga daya saing perusahaan. Sebagian besar kredit Bank Bukopin disalurkan ke sektor ritel, yaitu UMKM Rp 29,28 triliun dan konsumer Rp 15,26 triliun, sementara kredit ke sektor komersial sebesar Rp 21,90 triliun.
Dari sisi rasio kecukupan modal, posisi CAR Perseroan hingga akhir 2018 mencapai 13,41 persen atau meningkat 2,89 persen dibandingkan dengan posisi CAR pada 31 Desember 2018 sebesar 10,52 persen. Di sisi lain, pada periode yang sama ROA dan ROE perusahaan tercatat sebesar 0,22 persen dan 2,95 persen.
Sementara itu, DPK Bank Bukopin ditempatkan dalam bentuk Giro sebesar Rp 10,04 triliun, tabungan Rp 19,92 triliun dan sisanya sebesar Rp46,19 triliun merupakan Deposito. Per 31 Desember 2018, rasio LDR tercatat 86,18 persen.
Pada sisi kualitas kredit, hingga 31 Desember 2018 rasio NPL net Bank Bukopin berada di kisaran 4,75 persen. Angka tersebut membaik dibandingkan dengan posisi NPL net pada tahun sebelumnya sebesar 6,37 persen. Sementara itu, pendapatan operasional lainnya (Fee Based Income) sebesar Rp784 miliar.
Rachmat menjelaskan pada 2018 Bank Bukopin berhasil merealisasikan agenda penting yaitu pelaksanaan Rights Issue. Melalui aksi korporasi tersebut permodalan Bank Bukopin menjadi semakin kuat.
Di sisi lain, komposisi pemegang saham perusahaan kini juga menjadi semakin lengkap dengan keberadaan PT Bosowa Corporindo mewakili unsur Swasta, Kopelindo mewakili unsur koperasi, Negara RI, serta KB Kookmin Bank mewakili unsur Global. KB Kookmin Bank merupakan perusahaan jasa keuangan global dan terbesar di Korea.
“Kami yakin dengan dukungan pemegang saham yang solid Bank Bukopin akan dapat melaju lebih pesat lagi untuk mewujudkan tujuan dan visi bank,” ucapnya.
Ke depan, Rachmat menyatakan perusahaan akan memacu pertumbuhan kinerja pada tahun ini dengan melakukan perbaikan kualitas, peningkatan produktivitas, dan mengoptimalkan proses digitalisasi.
“Kami terus berupaya memacu pertumbuhan bisnis dengan merilis sejumlah produk dan layanan baru. Salah satu produk andalan yang telah diluncurkan Bank Bukopin pada 2018 dan akan dipacu penetrasinya pada 2019 adalah Flexy Bill, yaitu pembiayaan pembayaran tagihan listrik untuk pelanggan korporasi,” ungkapnya. (rep)