Panen Jagung Belum Sesuai Harapan

Rabu 06-03-2019,03:43 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

SERANG – Panen jagung di atas lahan 50 hektare di Kampung Cibaru, Desa Cikoneng, Kecamatan Anyar, Kabupaten Serang masih belum sesuai dengan harapan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang. Hal itu lantaran cara penanamannya yang belum maksimal sehingga produksinya kalah saing dengan gulma yang ada di sekitar lahan. “Di atas lahan 50 hektare milik perusahaan, dalam tahap awal terus terang dengan produksi ini belum maksimal, tanah jagung ini balap dengan gulma-gulma, dikasih pupuk tapi yang menikmatinya malah gulma,” kata Wakil Bupati (Wabup) Serang, Pandji Tirtayasa seusai acara panen jagung di Kampung Cibaru, Desa Cikoneng, Kecamatan Anyar, Kabupaten Serang, Selasa (5/3). Dalam acara tersebut, turut hadir Komandan Kodim (Dandim) 0602/Serang Letkol Inf Erwin Agung, Kepala Bidang (Kabid) Tanaman Pangan Dinas Pertanian (Distan) Provinsi Banten Sobirin, Kepala Distan Kabupaten Serang Dadang Hermawan, dan puluhan kelompok tani. Dia menjelaskan bila di lahan yang baru digarap tersebut dilakukan dengan benar maka produksinya dua kali lipat dari hasil saat ini atau akan menghasilkan 8,4 ton jagung dalam 1 hektare lahan pertanian. “Kalau di Jawilan 8,4 ton dalam satu hektare, tapi kalau di sini saya belum yakin, tapi ini sebagai pembelajaran kita, saya merespon baik dan berharap ke depan cara bertani dengan benar jadi dirawat,” ujarnya. Dari hasil panen jagung tersebut juga, kata Pandji, belum bisa memenuhi kebutuhan sembilan perusahaan pakan ternak yang tiap bulannya membutuhkan 10 ribu ton jagung kering. Oleh karena itu, wajar saja bila perusahaan harus mengambil bahan tersebut ke wilayah di luar Banten. “Sembilan perusahaan pakan ternak kapasitas mesinnya mampu mengolah jagung 10 ribu ton, tapi suplai dari prodak lokal, baik dari Serang, Lebak, maupun Pandeglang baru mencapai 1.000 sampai 1.500 ton dari kapasitas 10 ribu,” paparnya. Bila 10 ribu ton per bulan terpenuhi, kata dia, maka manfaatnya sangat besar, mulai dari meningkatnya kesejahteraan petani, dan perusahaan dalam membeli pangan lebih murah karena menghemat biaya transportasi. “Jadi saling menguntungkan memang,” ungkapnya. Maka dari itu, pihaknya terus mengajak petani untuk meningkatkan kesadaran untuk mulai menanam jagung dengan baik dan benar. Pihaknya pun akan menyiapkan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan lainnya. “Kita pinjam lahan-lahan milik perusahaan, karena milik masyarakat hanya sedikit, tidak baik untuk perkembangan usaha tani, makanya kita siapkan pinjaman lahan yang lebih luas, kita siapkan juga alsinta (alat mesin pertanian), dan diolah agar lebih bagus melalui kelompok tani,” paparnya. Kabid Tanaman Pangan Distan Provinsi Banten, Sobirin mengatakan bahwa pihaknya diberikan target oleh Kementerian Pertanian (Kementan) untuk menanam jagung 70 persen dari total alokasi lahan seluas 58.850 hektare menjelang Pilpres 2019. “Namun kenyataanya di lapangan belum mencapai (70 persen), jadi kita belum bisa eksekusi bantuan benih, dari pusat sudah warning sebelum pilpres bisa 70 persen,” katanya. Pihaknya meminta kepada pemerintah daerah untuk bisa memanfaatkan lahan tidur di daerahnya untuk bisa dijadikan lahan pertanian untuk jagung. “Kalau ada lahan, segera ke dinas yang ada di daerahnya, dan nanti kita usulkan ke pusat, apalagi Banten ini daerah yang memiliki potensi sangat besar terutama di Kabupaten Lebak, Pandeglang, dan Serang,” paparnya. Sementara itu, Kepala Distan Kabupaten Serang, Dadang Hermawan mengatakan bahwa Kabupaten Serang berpeluang menjadi pasar jagung karena masih banyak daerah yang memiliki lahan tidur yang belum tergarap untuk dijadiakn areal produksi jagung. “Pemantauan dari dinas masih banyak (lahan perusahaan), cuma kami secara detail desa per desa, baru ada informasi baru kami kejar,” katanya. Dia menjelaskan dalam setahun pihaknya mengestimasikan hasil produksi mencapai 20 ribu ton. Namun hal itu belum bisa memenuhi pabrik pakan yang mencapai satu juta ton tiap tahunnya. “Kita kan punya lahan produksi yang regular mencapai 4 ribu hektare, makanya kita membutuhkan luas areal produksi dari lahan tidur. Ke depan kita juga akan ada dari Jawilan, Cikande, kita sudah survei agar bisa digunakan di musim berikutnya,” ujarnya. (mg-03/tnt)

Tags :
Kategori :

Terkait