Jakarta -- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyiapkan 17 ton garam untuk membuat hujan buatan untuk menangani kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau. Teknologi modifikasi cuaca (TMC) dilakukan terkait dengan siaga darurat karhutla. Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan selain untuk memadamkan api, modifikasi cuaca berupa hujan buatan dilakukan untuk mencegah timbulnya kabut asap. Hammam mengatakan BPPT berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) TNI Angkatan Udara untuk membuat hujan buatan ini. Garam akan ditebar menggunakan pesawat Cassa 212 milik TNI AU. Dalam sekali terbang, Cassa 212 mampu mengangkut 800 kilogram garam. Untuk tahap awal, modifikasi cuaca akan digelar pada Februari dan Maret. Dilansir dari Antara, Hammam mengatakan sejak Februari lalu, sudah sekitar lima ton garam yang digunakan untuk menyemai awan di Bengkalis dan Dumai. Untuk tahap selanjutnya akan fokus di Pelalawan dan Meranti. Ia mengatakan, pantauan satelit Terra/Aqua dan SNPP sejak 1 Januari hingga 27 Februari 2019 k total titik panas dengan tingkat kepercayaan di atas 80 persen di Riau jumlahnya mencapai sebanyak 293 titik. "Dengan memperhatikan kondisi hotspot tersebut, pemanfaatan teknologi modifikasi cuaca ini adalah salah satu langkah paling efektif dalam rangka siaga darurat kebakaran hutan dan lahan," kata Hammam di Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Senin (4/3). Hammam mengatakan hujan buatan ini juga dilakukan untuk mengoptimalkan potensi awan menjadi hujan untuk pembasahan lahan-lahan gambut dan pengisian embung-embung penampungan air. Dengan begitu diharapkan kebakaran hutan dan lahan bisa dikendalikan. Sementara itu Kepala BNPB Doni Monardo mengatakan Karhutla tahun ini tidak seperti bencana serupa tahun 2015 yang nilai kerugiannya sangat besar. "Kerugian 2015 secara nasional kerugiannya melebihi bencana tsunami di Aceh, yakni 16,1 miliar dolar AS. Itu dua kali lipat dari kerugian di Aceh, pertanyaannya, apakah kita mau mengalaminya lagi?" kata Doni. Riau kini berstatus Siaga Darurat Karhutla hingga akhir Oktober 2019. Kebakaran lahan gambut masih terjadi di daerah pesisir Riau seperti di Kabupaten Bengkalis, Rokan Hilir, Dumai dan Kepulauan Meranti. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyatakan, luas Karhutla sudah lebih dari 1.300 hektare di Riau. Api di lahan gambut sulit dipadamkan total tanpa bantuan hujan. Terkait Karhutla di Provinsi Riau, Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Raffles Botestes Panjaitan mendorong masyarakat untuk beralih menanam tanaman alternatif yang memiliki daya jual seperti sawit. Menurutnya, pembukaan lahan tanaman sawit menimbulkan struktur tanah menjadi kering dan kerap menyulut kebakaran. Dia juga menyebut KLHK bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan melakukan pendampingan kepada masyarakat yang hendak melakukan pembukaan lahan. Beberapa rekomendasi jenis tanaman yang dapat ditanam warga oleh KLHK antara lain karet, sagu, aren, hingga jelatung. Hal itu, kata dia, juga disesuaikan dengan lokasi lahan yang dimiliki masyarakat. Dia menjelaskan, ke depan, pemerintah akan fokus mengubah pola pikir masyarakat terkait penanaman jenis tanaman alternatif.(cnn/rep)
Tangani Karhutla, Hujan Buatan Disiapkan
Selasa 05-03-2019,03:58 WIB
Editor : Redaksi Tangeks
Kategori :