SERANG –April Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) tingkat SMA/SMK dimulai. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Banten fokus pada jaringan internet dan listrik. Disdikbud tidak ingin persoalan UNBK pada 2018 terulang kembali. Saat ujian nasional berlangsung jaringan internet lemah dan listrik mati. Sekadar diketahui, berdasarkan data Dindikbud Banten, pada 2019, seluruh SMA/SMK di Banten sudah mengikuti UNBK, yakni 1.263 SMA/SMK. Rinciannya, SMA/SMK negeri sebanyak 251 sekolah dan SMA/SMK swasta sebanyak 1.030 sekolah. Pejabat Pembuat Komitmen UNBK pada Dindikbud Banten, Rudi Prihadi mengatakan persoalan lemahnya jaringan internet dan pemadaman listrik yang terjadi saat pelaksanaan UNBK tahun lalu, menjadi pelajaran bagi panitia. Agar hal tersebut tidak terjadi kembali dalam pelaksanaan UNBK tahun ini. Menurut dia, salah satu yang akan dilakukan oleh panitia adalah dengan memperkuat koordinasi dengan provider internet dan PT PLN Persero. Tidak hanya itu, pihaknya juga sudah menyiapkan tim helpdeks (pengaduan) yang tersebar di delapan kabupten/kota dan provinsi. "Dengan adanya koordinasi yang kuat dan tersebarnya helpdeks, saya berharap persoalan jaringan dan pemadaman listrik tidak menjadi permasalahan dalam pelaksanaan UNBK di Banten," kata Rudi usai menghadiri Sosialisasi Ujian Nasional Tahun 2018-2019, akhir pekan kemarin. Dalam kesempatan itu, Rudi mengaku bahwa Provinsi Banten salah satu dari empat provinsi di Indonesia yang menyatakan kesiapannya untuk melaksanakan UNBK sesuai dengan jadwal diantara provinsi yang terdampak tsunami. Untuk UNBK tahun ini, lanjut Rudi, ada beberapa sekolah pada jenjang pendidikan SMA dan SMK yang melaksanakan UNBK mandiri atau tidak menumpang dengan sekolah lain. "Namun saya tidak hafal berapa jumlah sekolah dan identitas sekolah yang melaksanakan UNBK mandiri," ujarnya. Terkait dengan masih adanya ujian nasional berbasis kertas jenjang pendidikan SMP dan MTs, Rudi mengatakan jumlah SMP yang melaksanakan UNBK lebih banyak dibandingkan dengan MTs. Padahal untuk melaksanakan UNBK mandiri bisa dilakukan dengan dua cara. "Pertama melibatkan orangtua siswa untuk ikut berpartisipasi mensukseskan UNBK, dengan cara meminjamkan laptopnya ke sekolah selama masa UNBK berlangsung, dan kedua adalah sekolah menumpang ke sekolah penyelenggara UNBK," katanya. Senada disampaikan Penanggungjawab UNBK SMA/SMK 2019, Adang Abdurahman. Ia mengaku masih melakukan pendataan agar pelaksanaan UNBK bisa dilaksanakan dengan data yang paling aktual. "Tidak hanya itu, kami juga sudah meminta kepada sekolah untuk melaksanakan simulasi UNBK. Simulasi tahap pertama dilakukan pada bulan Desember 2018, dan tahap kedua bulan Januari," katanya. Sementara itu, di Kabupaten Serang sebanyak 69 sekolah menengah pertama (SMP) di Kabupaten Serang tidak mengikuti ujian nasional berbasis komputer (UNBK) pada April 2019. Hal itu terjadi karena sekolah tersebut tidak memiliki komputer minimal sepertiga dari jumlah siswa yang menikuti UNBK. “Yang tidak UNBK sekolah itu melakukan UN berbasis kertas,” kata Kepala Seksi Kurikulum SMP Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Serang, Cahyono saat dihubungi Tangerang Ekspres, beberapa waktu lalu. Menurut dia, total SMP di Kabupaten Serang sebanyak 195 sekolah. Dari jumlah itu hanya 126 sekolah yang mengikuti UNBK, terdiri atas 87 sekolah melakukan UNBK secara mandiri dan 39 sekolah melakukan UNBK dengan menumpang ke sekolah lain. “Jadi sekarang SMP yang mengikuti UNBK meningkat, tahun lalu hanya 69 sekolah yang ikut UNBK,” katanya. Ia mengatakan masih banyaknya sekolah yang UN berbasis kertas lantaran masih banyak sekolah yang memiliki komputer namun tidak memenuhi kualifikasi jumlah minimal sepertiga dari jumlah peserta UN di sekolah masing-masing untuk menyelenggarakan UN sebanyak tiga sesi. “Setiap tahun kita selalu ada pengadaan komputer, namun sayangnya dari APBD itu belum bisa mengkaper (memenuhi) seluruh sekolah itu, jadi terpaksa ada yang masih berbasis kertas,” ujarnya. Dikatakan Cahyono, agar sekolah memiliki kesiapan, pihak pusat dan Pemkab Serang melakukan simulasi terhadap sekolah yang akan menggunakan komputer, mulai dari persiapan server, sinyal, hingga komputernya. “Kita sudah simulasi yang pertama, minggu-minggu ini nanti yang kedua, kemudian Maret istilahnya gladi bersih, dan April baru kita ujiannya,” tuturnya. Sementara itu, Kepala SMP 1 Ciruas, Tete Supriyadi mengatakan bahwa pihaknya telah siap mengikuti UNBK dengan tiga sesi ujian. “Kita baru ada 142 unit komputer dengan jumlah peserta yang mengikuti ujian 322 orang, jadi tidak mencukupi untuk dua sesi, jadi terpaksa tiga sesi ini, maka kita juga sedang mengajukan lagi penambahan komputer, jadi ini sama seperti tahun kemarin,” katanya. Menurut dia, jika UNBK dilakukan tiga sesi maka ujian itu akan berjalan sampai sore hari. Hal itu akan akan berpengaruh secara psikologis terhadap peserta yang mengikuti ujian pada sore hari. “Kalau pagi kan masih fresh, tapi setelah itu kan anak harus istirahat, tapi tetep semuanya bergantian berputar,” tuturnya. (tb-mg-03/tnt)
Listrik Momok UNBK, Dindikbud Akan Koordinasi dengan PLN
Senin 04-02-2019,06:26 WIB
Editor : Redaksi Tangeks
Kategori :