Fatayat NU Gak Boleh Gaptek

Senin 04-02-2019,04:59 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

CIPUTAT-Fatayat NU Cabang Kota Tangsel menggelar latihan dasar kader (LDK) Pengurus Cabang (PC) di Pusdiklat Kemenag RI, Ciputat, 2 dan 3 Februari 2019. Di acara ini, para peserta dituntut mampu bersaing di era digital dengan kata lain, kader Fatayat NU tidak gagap teknologi (Gaptek. Ketua PC Fatayat NU Kota Tangsel Nurul Mudrika mengatalkan, Fatayat NU merupakan salah satu organisasi perempuan bagian dari organisasi Islam terbesar di Indonesia yaitu NU. LDK diikuti pimpinan anak cabang yang ada di 7 kecamatan. "Materi yang kita sampaikan mulai tentang NU, kesawajaan, digital dan lainnya," ujarnya kepada Tangerang Ekspres, Sabtu (2/2). Nurul menambahkan, tema yang diangkat adalah mencetak perempuan mandiri di era digital. Tema itu diangkat karena itu kebutuhan generasi muda saat ini. Fatayat NU ingin mencetak generasi-generasi pimpinan agar melek teknologi. "Mandiri di era digital ini Fatayat NU harus melek teknologi dan tidak gagap teknologi (gaptek)," tamabahnya. Masih menurutnya, anggota Fatayat NU rata-rata berusia 20 sampai 40 tahun. Namun, mayoritas di atas 35 tahun lebih banyak. Mereka kurang bersahabat dengan digital, kurang akses teknologi sehingga gampang terkena hoaks dan itu harus diluruskan lagi. Tugas Fatayat NU adalah meluruskan lagi, bagaiamana jadi perempuan mandiri dari segi finansial dan lainnya. "Dengan melek teknologi banyak manfaatnya, karena tujuan LKD ini teman-teman tidak hanya kenyang dengan ilmu ke-NU-an, keaswajaan dan Fatayatannya saja tapi, bisa kenal ilmu lain dan bisa akses ini," jelasnya. Kaderisasi berperan penting dalam sebuah organisasi. Kaderisasi memiliki tujuan dari organisasi itu sendiri serta mencetak kader yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. "Suksesnya suatu kaderisasi pada organisasi dilihat dari ketuanya. Perempuan saat ini dituntut dinamis dan melek intelektual. Kaderisasi Fatayat NU ini bertujuan untuk mencetak kader yang militan, mandiri dan cerdas dan melek teknologi," tuturnya. Sementara itu, Kapolres Kota Tangsel AKBP Ferdy Irawan mengatakan, salah satu visi dan misi Fatayat NU adalah membentuk karakter perempuan yang sejalan dengan agama. "Jika semua ini dapat dilaksanakan maka Fatayat NU dapat memberikan kontribusi yang positif bagi bangsa dan negara kita," ujarnya. Ferdy menambahkan, sebentar lagi bangsa Indonesia akan mengadakan Pemilu yang minimal menentukan 5 tahun ke depan. Kontribusi awal yang harus diberikan kepada negara adalah agar gunakan hak suara dalam pemilu dan masalah pilihan bebas menentukan. Jelang Pemilu semakin banyak tersebar berita-berita yang provokatif. "Fatayat NU harus mulai berani menyuarakan hal-hal yang tidak lazim, sehingga dapat berkontribusi pula dalam menjaga keamanan dan kedamaian negara," tuturnya. Di tempat yang sama, Kepala Bidang Fasilitasi Pembinaan Politik pada Kesbangpol Provinsi Banten Gustiawan mengatakan, perkembangan teknologi yang semakin pesat mendorong perempuan melakukan terobosan-terobosan baru dan telah didukung oleh hukum negara pada hak dan posisi perempuan dalam hal ini. "Refeleksi dari pelatihan ini menjadi regenerasi bekelanjutan, dan diharapkan pengkaderan ini mampu menciptakan perempuan handal, cerdas dan berdaya saing tinggi," singkatnya. Sementara itu, Ketua Bawaslu Kota Tangsel Muhamad Acep mengatakan, saat ini perempuan yang tidak ikut organisasi belum menjadi perempuan yang milenial. Bawaslu memberi ruang kepada Fatayat NU sebagai pemantau pemilu. "Saat ini Bawaslu membuka pendaftaran pengawas pemilu, dalam jangka waktu satu bulan, namun tanggung jawabnya hingga pelantikan presiden," ujarnya. Acep menambahkan, Bawaslu menjamin pemungutan suara namun, tidak menjamin pengawasan proses dalam pemungutan suara. Itulah mengapa Bawaslu mengajak masyarakat untuk membantu mengawasi proses tersebut. Di Kota Tangsel sudah ada 6 ASN yang terkena sanksi dalam ujaran kebencian dalam pelaksanaan pemilu 2019. "Jika pemilu tanpa pengawasan dapat mempengaruhi hilangnya hak pilih, politik uang, pemilu tidak sesuai aturan, biaya politik mahal, pemungutan suara ulang, konflik antar pendukung, dan terjadinya manipulasi suara," tambahnya. Masih menurutnya, peran Fatayat sebagai oragnisasi perempuan diperlukan untuk mengubah mindset politik yang tidak bersih. Perempuan sangat kuat dalam mempengaruhi intergritas orang lain. Inilah mengapa Bawaslu berharap Fatayat dapat mengatasi hal tersebut. "Juga mampu memberikan integritasnya kepada sahabat, keluarga, teman dan sanak saudara. Pemilu kehiliangan makna tanpa partisipasi perempuan. Perempuan dan pemilu ibarat dua sisi mata uang yang tak terpisahkan," tambahnya. (bud)

Tags :
Kategori :

Terkait