Ada Kisi-kisi, Debat Mirip Sinetron

Kamis 10-01-2019,04:00 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

JAKARTA-Pengamat politik Pangi Sarwi Chaniago ikut menyoroti metode debat capres–cawapres, terkait pertanyaan yang akan diajukan sudah diberitahukan sebelumnya. Pangi mengatakan, dengan metode seperti itu, wajar masyarakat kecewa pada kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU). “Soal debat pertanyaan terbuka (soal sudah diberi tahu, red), terus terang kami belum menemukan model debat pilpres ini di negara mana pun, apakah itu negara maju atau negara berkembang. Kalau ada, tunjukkan sama kami negara dan model debat pilpres di negara tersebut?” kata Pangi, Rabu (9/1). Dia menuturkan, kalau capres dan cawapres yang meminta pertanyaan atau semacam contekan kepada KPU akan menimbulkan dua hal. Pertama, kualitas capres yang tidak memiliki kapasitas dan kapabilitas. Kedua, mereka takut dipermalukan dan tidak mau wibawa rusak pascadebat. “Tidak mau bedak wajah panggung depannya luntur,” kritik Pangi. Menurut dia, kalau pertanyaan debat sudah jelas ada bocoran, kemudian jawaban juga telah disiapkan dan matang dan sempurna, lalu muncullah pertanyaan yang sangat sederhana. “Lalu pertanyaan sederhana untuk apalagi gunanya debat? Sekelas cerdas cermat SD saja tidak ada kisi-kisinya, apalagi ini sekelas debat capres dan cawapres,” ungkap pria yang karib disapa Ipang ini. Nah, Pangi menilai ini yang barangkali menjadikan debat capres dan cawapres mundur ke belakang. Tidak terjadi proses dialektika tesis antitesis, dan sintesis karena sudah didesain. “Ada penulis skenario, sutradara, aktor sudah dikondisikan. Jadilah debat cita rasa film sinetron karena jalan pikirannya dan jalan cerita sudah bisa ditebak ujungnya,” katanya. Dengan model seperti ini, lanjutnya, debat pun jadi sekadar formalitas dan tidak ada kejutan lagi karena otak capres tidak dibiarkan berpetualang dan liar sesuai alur cerita saja. “Nanti jawabannya jangan-jangan seperti hapalan,” ujar Pangi. Menurut Pangi, publik akhirnya tidak tahu mana capres yang genuine, dan yang dibedakin. Publik hampir tidak bisa membedakan mana capres yang memiliki kepiawaian dan kemahiran dalam memimpin dan menyelesaikan problem fundamental bangsa mulai dari level hulu sampai level hilir. Padahal, ungkap Pangi, yang paling ditunggu-tunggu masyarakat adalah debat capres-cawapres yang adu argumen, data dan fakta. Kemudian, saling menyerang tanpa membunuh karakter pribadi, bahkan membantah dan menyalahkan karena diduga keliru dalam cara mengelola negara selama ini. Namun, kata Pangi, dengan pola debat ada kisi kisi alias contekan maka dipastikan tidak akan berjalan seru. Persoalannya, ujar Pangi, bagaimana mau menjaga kualitas debat dan demokrasi Indonesia. “Kalau pertanyaan sudah dibuatkan, jangan-jangan KPU juga sudah menyiapkan jawabannya. Supaya tidak setengah setengah, sekalian saja, tanggung basah, demi menjaga martabat dan wibawa capres-cawapres,” papar Pangi. (jpc)

Tags :
Kategori :

Terkait